Lihat ke Halaman Asli

Suciati Lia

TERVERIFIKASI

Guru

Harapan yang Tertambat

Diperbarui: 21 Januari 2025   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Harapan yang Tertambat

 

Memaafkanmu, mungkin jauh lebih mudah dari yang kusangka
Layaknya angin melewati celah
Tapi melupakanmu?
Itu luka yang terus bertahan

 Kau mengirim pesan untukku
Bahwa kau anggap aku saudara
Awalnya aku percaya sepenuh hati
Tapi pisau yang kau sembunyikan di balik senyuman ramahmu
Kau gunakan merusak secara perlahan, tak kentara
Meruntuhkan hubungan ini tanpa rasa dan nurani
hingga kehilangan makna dan tumbuh kebencian yang meluap

 wajahmu teduh tanpa cela
dipuja dan dikagumi banyak mata
kupercaya tanpa tanya
layak berlian yang disukai banyak orang
namun di balik itu, kemunafikan tersembunyi
menghancurkan percaya yang kujaga dengan asa

 lara yang kau ukir, sulit kuredam
menyusup di hati, memeras arti
mengalir di relung hati tanpa perlawanan
bagaimana mungkin sembuh?
Sementara kenangan itu terus menghempas penuh.
Memaafkanmu, itu pilihanku
Namun, melupakanmu? Itu tugas waktu

Aku belajar dari perih ini
Bahwa tak semua yang teduh itu sejati
Dan berharap pada manusia hanya membawa kecewa
Hanya pada Tuhan harapan layak digantungkan
Di sanalah harapan takkan pernah dihianatkan

 Luka ini bukan akhir kisahku
Tapi awal aku bangkit sendiri
Tuk menemukan jalan baru
Jalan yang mengajarkanku makna sejati dari cinta
Untuk menemukan damai di hadapan Ilahi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline