Mungkinkah Ujian Nasional Kembali Menyapa di Era Menteri Pendidikan yang Baru?
Setiap pergantian Menteri tentu ada terobosan terbaru yang dilakukan. Dari pergantian kurikulum hingga yang lainnya juga tak luput mendapat pembenahan. Begitu halnya setelah pelantikan, timbul spekulasi di sosial media yang kebenarannya itu telah dikonfirmasi oleh pihak kementrian. Bahwasannya pihak kementerian masih melakukan evaluasi atau mengkaji ulang tentang pelaksanaan Kurikulum Merdeka dan aspek lainnya sebelum melaksanakan program. Namun spkekulasi muncul di tengah perbincangan di sosial media tentang mungkinkah Ujian Nasional kembali digunakan sebagai standar pendidikan?
Pertanyaan-pertanyaan kian santer tentang kemungkinan kembalinya UN di era kementerian baru. Meskipun alasan yang dikemukan beragam ada yang pro dan ada pula yang kontra menyoroti kemungkinan kebijakan itu apabila diberlakukan kembali. Mengingat bahwa UN pernah dipandang sebagai standarisasi dari kompetensi murid. Namun saat pelaksanaannya di lapangan memicu beragam komentar baik dari guru, murid, dan orang tua. Sehingga pada tahun 2020 UN dihapuskan oleh Kemdikbud.
Hal tersebut dilakukan sebagai langkah menuju sistem pendidikan yang holistik yang menekankan aspek keterampilan, pengembangan karakter, dan tak sekadar hapalan akademik. Selain itu, dengan meniadakan UN setidaknya mengurangi tekanan akademis secara berlebihan yang tak hanya dirasakan oleh murid tapi guru pun demikian. Tak hanya itu, pada sistem UN terlalu berpusat pada kemampuan hafalan materi dan kurang menghargai keterampilan praktis. Sehingga berpotensi menjadi ajang kompetisi nilai tertinggi daripada menumbuhkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis murid.
Itu beragam argumentasi yang bisa saya tangkap dari diskusi saat bersama rekan. Bagi saya sebagai guru juga termasuk bahagia jika UN dihapuskan. Apalagi secara psikis guru juga mendapat tantangan bagaimana menaikan nilai rata-rata pada pencapaian murid. Apalagi saya saat itu tak pernah melakukan refleksi dan menganggap bahwa setiap murid hendaknya memiliki semangat tinggi apapun kondisinya.
Karakter tersebut yang saya tanamkan meskipun dapat mengantarkan menjadi salah satu nilai tertinggi di kabupaten dan mencapai nilai sempurna. Pencapaian itu terkadang membuat pribadi mengurangi jam tidur malam untuk persiapan soal baru, pendekatan/strategi baru sampai murid yang belum paham menjadi paham. Namun sebelum UN dihapuskan, sempat melakukan refleksi dengan bertanya kepada murid. Betapa air mata saya mengalir membaca setiap kalimat yang dituliskan demi mencapai nilai standarisasi. Meskipun murid senang memperoleh nilai sesuai harapan namun prosesnya itu terkadang banyak komentar beragam.
Pengalaman itulah yang menjadi tantangan dan mungkinkan kembali menyapa? Semua kebijakan tentu ada kebaikan dan kelemahan yang ditimbulkannya. Sebagai abdi negeri, saya hanya menunggu kebijakan yang berpihak demi meningkatkan kualitas pendidikan. Harapan sistem evalusinya lebih fleksibel yang berorientasi pada kemampuan murid secara menyeluruh melalui konsentrasi pada evaluasi yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan.
Jikalau pun dilaksanakan setidaknya tidak menjadi tolak ukur kelulusan tapi standar masuk ke sekolah atau perguruan tinggi. Hal ini akan mengundang tantangan dan semangat juang dari murid mempersiapkan diri belajar dengan kesadaran diri tanpa paksaan dari pihak luar. Dengan standarisasi masuk perguruan atau masuk sekolah tinggi maka murid akan belajar memahami materi pelajaran dengan saksama untuk menjawab tantangan dan melakukan rencana ke depan dengan penuh harapan.
Meskipun baru kemungkinan kembali diberlakukan Ujian Nasional tentu akan menjadi tantangan baru bagi saya yang baru belajar memahami hakikat dari Kurikulum merdeka dan nilai dari guru yang berpihak pada murid. Semoga ada kejutan indah dari beliau yang membawa perubahan besar bagi dunia pendidikan dan pelaksanaannya nantinya disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Dalam arti meliputi adaptif format, penyediaan infakstruktur pendidikan yang merata, dan penerapan pendekatan yang lebih memanusiakan murid.