Mengembangkan Pola Asuh Anak Berbasis Kualitas Waktu bagi Orangtua dengan Karier Padat
Bekerja setelah menikah adalah pilihan yang sudah disepakati sebelum memutuskan berumah tangga bersama pasangan. Namun, sebelum memutuskan tentu kita sebagai calon orangtua sudah membekali diri segala risiko yang terjadi agar dampak yang terjadi dapat diminimalisasi. Sebab anak merupakan anugerah dari Yang Mahakuasa. Jika kita telah diberikan keturunan berarti Tuhan mempercayakan anak pada kita sebagai orangtua untuk kita asuh dengan penuh amanah.
Sebagai orangtua, anak bukan menjadi penghalang kita melanjutkan karier yang sudah payah kita upayakan selama pendidikan. Bukan berarti pula kita terlalu menikmati peran sebagai pekerja dan mengabaikan peran sebagai orangtua. Atau ada miskonsepsi bahwa anak merupakan tanggung jawab seorang ibu semata sementara bagi orangtua lelaki khusus untuk mencari nafkah. Padahal keduanya juga memiliki peran yang sama berdasarkan kebutuhan dan tanggung jawabnya masing-masing.
Literasi memang perlu dikuatkan agar mindset pemahaman yang tertanam dibenak dapat satu tujuan yang sama dengan pasangan. Apalagi menyalahkan itu jauh lebih mudah daripada melakukan refleksi diri.
Dengan pemahaman pengetahuan setidaknya membuka cakrawala kita ditambah dengan mendengarkan pengalaman orang lain yang disesuaikan kebutuhan diri. Sehingga pertimbangan yang mantang dan penuh dengan pemikiran yang sepenuhnya baru bisa diputuskan dengan persetujuan pasangan bagi wanita yang ingin bekerja.
Terkadang membaca buku atau mendengarkan kisah dari orang lain yang disesuaikan dengan kisah nyata kita kadang tak sama. Kadang ada diri kita merasa kesulitan menjalankan peran asuh secara maksimal.
Namun, itu bukan suatu masalah tapi tantangan yang patut kita pecahkan bersama pasangan. Sebab, melalui pendekatan berbasis kualitas waktu bukan kuantitas, orangtua masih dapat menjalankan peran penting dalam membentuk perkembangan anak meskipun kesibukan kerja tak dapat dielakkan.
Meskipun kita telah meminta bantuan kepada pengasuh bukan berarti semua tanggung jawab dan peran kita sebagai orangtua digantikan oleh pengasuh. Kita malah punya anggapan bahwa kita bekerja keras ini sepenuhnya untuk masa depan anak.
Padahal jika anak yang kita ajak bicara, mereka juga ingin ada keseimbangan kebahagiaan tak hanya materi tapi ada kebutuhan kasih sayang, ingin diperhatikan, merasa dihargai, dan sebagainya yang membuat anak tumbuh baik secara fisik dan psikis secara optimal sesuai usia yang telah dilaluinya.
Mengumpulkan tabungan merupakan target semua pasangan dalam hidup. namun, itu bukan merupakan alasan untuk mencari pembenaran. Anak merupakan investasi masa depan baik di dunia dan akhirat. Apa yang diamanahkan kepada kita akan dimintai pertanggungjawaban kelak. Baik buruknya karakter anak maka peran utama kita yang patut direfleksi.