Ketika Harapan Tak Terpenuhi, Belajar Memahami Keterbatasan Manusia
Dalam hidup terkadang kita menginginkan orang yang selama ini kita ada dalam segala keadaan mampu hadir pada saat yang sama. Namun ternyata, harapan itu pupus dan seolah sirna. Apa yang kita korbankan saat ini tidak ada membekas dan justru menoreh luka yang dalam yang tak mampu ditepiskan begitu saja. Terkadang kita menginginkan suatu dukungan di saat kondisi kita yang kurang bersahabat seperti bentuk dukungan emosional, pertolongan fisik atau bahkan teman akan mengerti apa yang sedang kita rasakan tanpa kita yang menjelaskan secara detail.
Namun, kita akui terkadang apa yang kita inginkan pada manusia untuk mendukung kita dalam situasi yang tak menentu ternyata seringkali tak seindah sesuai ekspektasi. Manusia dengan segala komplesitasnya mempunyai keterbatasan yang kadang tak selalu sejalan dengan harapan kita. Manusia sebaik apa pun niatnya juga memiliki keterbatasan baik fisik, emosional, dan mental. Terkadang tanpa kita pungkiri, orang lain belum bisa mencurahkan waktu, perhatian, atau dukungan yang kita harapkan.
Nah, saat kita sangat berharap pada orang yang kita anggap mampu untuk dipercaya tanpa kita terlebih dahulu mempertimbangkan bahwa orang lain juga memiliki keterbatasan yang dimiliki maka secara tak langsung kita sudah membuka pintu kekecewaan di hati. Misalnya di saat dia susah, kita selalu memberikan dukungan baik waktu untuk mendengarkan keluh kesah, membantu meringankan beban hidupnya, dan sebagainya.
Namun ternyata situasi itu menimpa diri kita sendiri. Ternyata dia tak ada untuk kita. Dari sinilah kita mengerti bahwa teman kita mempunyai kehidupan sendiri yang tak bisa selalu ada untuk kita butuhkan. Keterbatasan inilah menyadarkan pada kita sebagai bagian dari kodrat manusia yang perlu dipahami.
Dari luka kita belajar untuk menyembuhkan agar tidak mudah terbuka kembali. Kita tahu rasanya terjatuh dan berharap lebih pada orang lain yang menimbukan kekecewaan. Namun apa yang kita harapkan tidak sesuai ekpektasi sehingga kita bisa menemukan cara bagaimana menyikapi sebuah harapan yang tak terpenuhi. Sehingga dari pengalaman hidup merupakan suatu pelajaran berharga untuk kita belajar berkembang sebagai pribadi yang lebih dewasa dalam menyikapi setiap persoalan hidup. Lalu apa yang perlu kita sikapi jika sesuatu harapan tidak sesuai ekpektasi?
Melepaskan ekspektasi berlebihan pada manusia
Suatu langkah yang bijaksana saat kita terjatuh pada suatu harapan semu yakni kita bisa bijak dengan keputusan yang kita ambil yakni melepaskan ekspektasi berlebihan pada manusia. Kita harus mengakui bahwa manusia tidak ada yang sempurna sehingga secara perlahan menyembuhkan luka akibat kekecewaan di jiwa.
Hal ini akan membantu kita menerima sebuah kenyataan bahwa melepaskan ekspektasi tidak membuat kita tidak peduli atau menyerah pada hubungan yang telah kita bina. Justru kita sedang memberi ruang untuk orang lain untuk jadi diri mereka sendiri tanpa harus memenihi standar sesuai harapan yang kita inginkan.
Saat kita berusaha melepaskan ekspektasi yang kurang realiastis maka kedamaian yang kita rasakan. Kita bisa berkonsentrasi pada hal-hal yang bisa kita capai tanpa harus kecewa sebab harapan kita pada orang lain belum bisa dipenuhi.
Berharap pada diri sendiri