Lihat ke Halaman Asli

Dendam Positif dengan Mengubah Rasa Sakit Menjadi Tangga Menuju Keberhasilan

Diperbarui: 8 Juli 2024   19:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(temi.co.uk)

Dendam Positif dengan Mengubah Rasa Sakit Menjadi Tangga Menuju Keberhasilan

 

Setiap orang tentu pernah merasakan apa yang saya alami yakni sakit hati ata rasa kecewa yang begitu dalam. Rasa sakit akibat kata-kata yang seharusnya tidak dikeluarkan karena memang kondisi keluarga yang tak mendukung untuk sekolah tinggi. Apalagi kondisi rumah di kampung memang terlihat tak layak. Kayu yang ditabung oleh orang tua dibiarkan begitu saja tidak dilanjutkan untuk membangun rumah. ditambah usaha pertanian mengalami kegagalan. Semua harapan seolah pupus.

          Tapi mimpi tak pernah pudar dan terus menyala. Saya percaya hinaan itu menjadi lecutan yang menampar keras di wajah. Sadar dan tidak sadar, dari omongan yang kasar hingga menusuk ke palung hati membuat saya sadar bahwa tenggelam dalam luka hati terlalu dalam tak baik untuk psikis. Jika kita larut berarti kita mengiyakan secara tak langsung. Tapi jika kita jadikan peluang emas untuk terus berusaha bangkit guna menunjukkan dengan prestasi setidaknya omongannya akan berubah.

          Begitu halnya di dunia kerja. Jika kita medapatkan kasus penghinaan atau omongan miring tentang kita jangan disimpan di hati. Hati dan pikiran kita terlalu mahal bila kita simpan dan larut untuk meratasi nasib. Biarlah orang lain bicara dengan seenak hati, kita tak perlu menanggapi dengan penghinaan serupa. Tunjukan bahwa kita memiliki kelas yang berbeda. Apalagi rasa malu yang kita miliki cukup menguatkan kita mencapai keberhasilan dan membuktikan bahwa kita dapat lebih baik daripadanya. Dengan memantapkan bahwa manusia mampu mengubah itu semua melalui usahanya sendiri dengan terus berbenah dan evaluasi menuju harapan yang awalnya menjadi mimpi menuju kenyataan.

          Kita boleh sedih dengan melakukan refleksi diri. Kita hidup bukan mencari musuh. Suka atau tidak suka, pastinya ada yang tidak menyukai dengan cara kita. Banyak cara orang lain yang iri dengki untuk menjatuhkan kita agar kita semakin terpuruk. Hal itulah yang membuatkan rasa puas. Ingat, renungan itu yang menuntun kita kembali memantabkan tujuan hidup yang sebenarnya. Hidup hanya sekali lalu apakah hidup yang kita miliki bermanfaat atau sia-sia? Semua tergantung kita yang menjalaninya.

          Setiap kali kita putus asa dan merasa gagal dalam perjuangan maka jadikan setiap omongan miring itu sebagai dorongan untuk terus maju dan berbuat yang bermanfaat. Untuk itu, temukan strategi baru guna meningkatkan keterampilan dan pendalaman pengetahuan. Hal ini akan mendukung hidup berproses dan untuk memastikan kesempatan yang datang, kita sudah siap menyambutnya.

          Untuk menjalani itu semua tidak mudah memerlukan proses dan perjuangan yang penuh tantangan. Kita pernah merasakan rasaya gagal dan hampir putus asa apalagi saat semua jalan yang kita gunakan akhirnya tidak membuahkan hasil. Bahkan untuk bangkit rasanya tenaga dan semangat terasa hilang diterpa hembusan angin. Namun, setiap kali kita terpuruk atau ingin berhenti berharap seolah dunia tidak pernah berpihak pada hidup kita.  Maka ingatlah omongan orang tentangmu. Sehingga kita bisa memantapkan tujuan agar rasa sakit yang masih tersisa menjadi sumber kekuatan baru yang luar biasa.

          Kekuatan baru itu mengubah perubahan diri dalam hidup. Perlahan namun secara pasti kita bisa mulai bangkit mencapai tujuan yang ingin dicapai. Usaha yang kita lakukan tidak pernah menghianati hasil. Semua lelah ada umpan balik yang indah yang Tuhan berikan pada waktu yang tepat.

          Saat keberhasilan yang kita miliki jangan latas membuat kita berpuas hati. Tapi kita perlu menginspirasi dan bermanfaat bagi banyak orang di sekitarnya. Bagaimana kita bercerita tentang bertransformasi rasa sakit hati menjadi kekuatan dan memberikan harapan bahwa orang yang pernah mengalami serupa akan bisa melakukan seperti yang kita alami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline