Lihat ke Halaman Asli

Suciati Lia

TERVERIFIKASI

Guru

Dipercaya Mengisi Acara TVRI sebagai Guru Inspiratif: Bangga atau Beban Moral?

Diperbarui: 20 Mei 2024   15:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber tangkapan layar TVRI Nasional melalui gawai. sumber Suciati, 2024

Dipercaya Mengisi Acara TVRI sebagai  Guru Inspiratif: Bangga atau Beban Moral?

Bulan Mei adalah bulan pendidikan dan sekaligus momen yang berharga dalam hidup saya. Di daulat sebagai pengisi acara TVRI Nasional sebagai salah satu guru inspiratif merupakan kebanggaan sendiri. Namun, rasa bangga itu tak pantas membuat saya senang. Ada rasa beban yang menghimpit di dada yakni mempertahankan kualitas diri agar terus menampakan diri berdampak pada sekitarnya terutama dunia pendidikan.

Inilah ulasan perjalanan saya semoga kita sama-sama belajar menjadi pribadi lebih baik dan terus adaptif dengan keadaan serta sampai saya terpilih menjadi salah satu guru pengisi TVRI. Teman-teman pembaca bisa saksikan di link berikut https://m.vidio.com/watch/8194314-tvri-19-mei-2024

Awalnya bagi saya, kuliah merupakan barang mahal yang bisa dilakukan. Berbekal membujuk orang tua dengan menggadaikan sertifikat tanah. Namun, tetangga memanfaatkan kesempatan padahal orang tua kala itu hanya meminjam Rp 300.000 pada tahun 2002 tapi tetangga meminjamkan Rp 2500.000 lalu sisanya untuk kepentingan pribadi. Hingga sertifikat itu tak ada sampai sekarang. Itulah perjuangan orang tua saya untuk pertama kali agar saya dapat melakukan pendaftaran di perguruan tinggi.

Sebuah momen yang membuat saya tak bisa melupakan hingga sekarang. Saya memang tak pernah diantar sendiri oleh keluarga. Apalagi keluarga juga belum pernah tahu tentang dunia pendidikan. Berbekal nekad saya mencoba pergi sendiri dan untung ada teman satu sekolah bertemu hingga ada teman yang diajak bertukar pikiran.

Perjalanan kuliah tidak pernah mulus layaknya jalan jol. Banyak kerikil tajam yang selalu menghadang. Sempat telat kiriman dana dari wesel orang tua yang membuat saya merasakan makan menggunakan lauk garam selama seminggu. Kondisi ini membuat saya tergerak agar tidak menjadi beban orang tua untuk bekerja dan memulai membuka diri di luar aktivitas kampus. Ya awalnya hanya belajar dan belajar agar IPK tetap stabil.

Namun, anggapan saya salah. Ternyata dengan berorganisasi banyak kemudahan yang saya peroleh mulai informasi kerja. Alhamdulillah di setiap kesulitan kalau kita mau bekerja keras, insyaAllah ada kemudahan. Saya mulai bekerja menjadi guru honor, pengisi bimbel, dan privat. Hal ini saya lakukan agar bisa membiayai kuliah sendiri dan membantu meringankan beban orang tua.

Perjuangan membagi waktu tidaklah mudah. Kadang pulang hingga larut malam yang menuntut saya tetap mempertahankan kualitas diri. Apalagi ditambah dengan kegiatan organisasi yang luar biasa mmbuat saya mesti bijak memilah dan menentukan sebuah keputusan. Alhamdulillah semua hal saya bisa lakukan dengan membangun komunikasi efektif sehingga dapat menamatkan pendidikan dengan IPK di atas 3,5.

Sementara itu, tanggung jawab organisasi saya lakukan dengan baik. Begitu juga pekerjaan semua sesuai jadwal masing-masing. Saya mendapat honor bisa dikatakan sangat tidak sesuai pengorbanan. Tapi saya menikmati profesi tersebut  sampai 5 tahun lamanya. Meski, banjir dan hujan sekalipun saya tetap tunaikan untuk mmberikan kinerja terbaik. Saya percaya keberkahan hidup dari apa yang kita dapatkan dengan bekerja sungguh-sungguh. Apa pun hasilnya, Allah punya rencana indah di kemudian hari.

Setiap liburan semester saya selalu sempatkan pulang mesti hanya beberapa hari. Karena pekerjaan yang tak bisa diabaikan. Saya tahu rasanya menjadi petani sawah yang seharian terbakar oleh panas mentari. Di saat itulah air mata menetes. Meskipun sejak kecil sudah terbiasa. Tapi empati itu mulai tumbuh seiring dengan pengalaman yang saya miliki. Ada tekad saya untuk mengubah hidup agar kelak orang tua dapat merasakan perjuangan yang telah diberikan kepada saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline