Menanam Kasih: Mengajarkan Anak Berbagi dalam Ramadan untuk Membentuk Karakter Mulia
Masa kecil adalah masa pertumbuhan untuk menerima cahaya kebaikan yang orang tua ajarkan. Masa emas inilah adalah masa yang tepat untuk mengenalkan kepada anak kebaikan untuk membentuk karakter mulia. Sebab, pembentukan karakter tidaklah semudah diucapkan dan diprogramkan. Semua membutuhkan ketelatenan dan komitmen dari orang tua untuk melibatkan anak dalam kegiatan positif guna sebagai pembelajaran yang diingat ke depannya.
Karakter mulia salah satunya peduli sesama. Kelak, orang tua berharap anaknya memiliki karakter yang kuat saat dewasa. Penanaman karakter sejak dini diharapkan berdampak baik dalam penguatan karakter yang dimililki anak. Apalagi peduli sosial diperlukan kepekaan hati untuk berbagi kebahagiaan mengenai apa yang kita miliki. Rasa egois dengan apa yang kita miliki yang membuat kita lupa dengan orang lain. Sehingga timbullah rasa egois bahwa yang kita miliki adalah hasil kerja keras sendiri.
Hal inilah yang tak diinginkan oleh orang tua. Apalagi pengaruh luar biasa dari teknologi dan kurangnya interaksi sosial juga dapat mempengaruhi anak menjadi insan yang senang dengan kegiatan sendiri. Sebagai orang tua yang mengamati dan memperhatikan tumbuh kembang anak sudah menjadi kewajibannya mempersiapkan anak dengan serangkaian karakter mulia agar senantiasa menjadi anak berakhlak.
Tak hanya pintar secara akademis tapi memiliki karakter yang kuat yang menjadi utama. Sebab, kepandaian bisa dipelajari secara otodidak. Namun, karakter tidak semudah mempelajari ilmu dan memerlukan waktu bertahun-tahun untuk membiasakan hal baik.
Berbagi memang tidak harus menunggu bulan Ramadan tiba. Semua waktu baik untuk berbagi Tapi setidaknya bulan Ramadan adalah momen dibukanya pahala sebesar-besarnya yang Allah janjikan kepada manusia sehingga umat muslim dapat memanfaatkan momen Ramadan dengan sebijak mungkin untuk berbagi apa yang dimiliki.
Dengan berbagi setidaknya mengeluarkan apa yang menjadi hak orang lain dan menyucikan harta yang kita miliki. Kita tidak akan pernah kekurangan harta setelah berbagi. Justru ada ketentraman batin dan doa dari orang yang menerimanya yang akan menagalir yang memberikan keberkahan hidup kita.
Lalu, bagaimana mengajarkan berbagi agar orang tua dapat menanamkan karakter peduli kepada orang lain? Sebagai orang tua terutama ibu memiliki kedekatan emosional yang lebih bila dibandingkan dengan seorang ayah. Seorang ibu dapat merencanakan bersama dengan menceritakan apa yang akan dilaksanakan pada sorenya kepada anaknya. cara penyampaian pun di sesuaikan dengan usia anak kita. Dengan ikut serta merencanakan setidaknya anak dilibatkan dalam momen tersebut.
Setelah sorenya, kita dapat mengajak anak untuk pergi ke penjual makanan Ramadan. Banyak sekali pilihan jajanan Ramadan yang bisa dipilih untuk berbagi. Di situlah kita menyelipkan kepada anak kita rencana tadi siang yang telah disusun. Meskipun usianya tadi masih kecil, di sini banyak peran orang tua yang banyak.
Setelah dibungkus rapi, maka kue atau makanan yang kita beli dapat diberikan kepada tetangga atau kepada orang lain. Kita bisa meminta anak kita untuk memberikan secara langsung dengan dampingan orang tua seraya berdoa dalam hati agar Allah memberikan karakter baik pada anak kita.
Saya menyakini bahwa doa yang kita panjatkan akan menjadi doa yang Allah kabulkan kelak. Apalagi momen Ramadan semua pahala menjadi berlibat ganda. Kita tidak tahu melalui doa siapa keberkahan hidup kita terkabul. Kita hanya berusaha agar anak kita kelak menjadi anak yang memiliki kepedulian sosial bukan anak yang mementingkan kepentingan pribadi.