Bulan Ramadan adalah bulan yang ditunggu-tunggu umat muslim di seluruh penjuru dunia. Mulai dari terbit fajar sampai dengan matahari terbenam. Di saat waktu itulah umat muslim menahan diri untuk tidak makan, minum, dan berperilaku kurang baik sehingga momen itu dapat merefleksikan diri untuk membersihkan hati dan jiwa serta upaya diri untuk lebih dekat dengan sang Pencipta, Allahu Robbi.
Bulan puasa terkadang menjadi ladang rezeki bagi penjual aneka makanan dan minuman. Penjual musiman ini yang yang memanfaatkan momen ini dapat meraup keuntungan luar biasa. Berbagai jenis makanan terjual dengan variasi harga masing-masing. Di saat itulah ada keinginan dari kita untuk membeli apa yang disukai tanpa mempertimbangkan apakah yang dibeli tadi itu dikonsumsi atau justru mubazir.
Saat perut terasa lapar ada kainginan untuk membeli makanan dan minuman tersebut seolah enak di lidah. Namun jika perut tidak bisa menampung beban terlalu banyak maka makanan yang terenak sekalipun itu tidak akan menggoda lidah untuk menyantapnya. Memang agak susah menahan diri untuk tidak membeli. Tapi perlu diingat segi manfaat dari makanan yang kita beli. Jika tidak dimakan, lalu akan mubazir, sayang pos keuangan yang seharusnya untuk hal yang lebih berguna. Tapi, ternyata untuk makanan yang tidak kita konsumsi.
Selain itu, jika makanan tersebut tersisa dan kita ingin menyimpan di kulkas. Tentu rasa dan aroma tidak seperti baru saat dipanaskan. Apalagi makanan yang sudah dipanaskan memang kurang baik terhadap kesehatan dan dianjurkan yang baru lebih baik. Hal ini terkadang tidak menyurutkan keinginan kita untuk terus membeli tanpa memikirkan manfaat dari makanan tersebut. Mari kita nasihatkan diri pentingnya mengonsumsi makanan sesuai yang kita butuhkan oleh tubuh bukan sesuai keperluan. Dengan mensyukuri setiap makanan yang ada, kita belajar lebih bijak dalam mengonsumsi saat berbuka dan bersahur.
Sebelum makan tentu kita memahami barapa jumlah makanan dan minuman yang kita konsumsi yang dibutuhkan oleh tubuh. Selama kita berpuasa, sistem metabolisme dalam tubuh mengalami perubahan sehingga memastikan agar kita mengonsumsi cukup nutrisi dan gizi seimbang guna menjaga energi dalam tubuh dan kesehatan selama beribadah.
Tak perlu banyak yang kita konsumsi cukup sesuai kebutuhan. Jangan pula saat kita berbuka mengambil porsi yang besar yang justru saat kenyang ada rasa sesak di dada.
Mulailah dengan mengambil makanan yang ringan misalnya kurma dan air putih guna menstabilkan kadar gula darah. Lalu, lanjutkan dengan makanan yang lebih subtansial. Ingat, tetap dalam porsi yang wajar. Kita bisa memilih makanan yang kaya serat, protein, dan nutrisi lainnya sehingga membantu kita kenyang dan tahan lama. Selain itu, akan memberikan energi yang dibutuhkan.
Saat kita makan, usahakan secara bertahap. Hal ini bukan hanya baik bagi pencernaan tapi membantu kita menghargai setiap suapan. Dengan mengunyah makanan yang kita makan secara perlahan, tentu tindakan ini menyadarkan kepada kita hakikat syukur atas nikmat yang Allah berikan. Selain itu, momen seperti itu mengingatkan kepada kita agar peka terhadap orang di sekeliling yang masih kurang beruntung. Sehingga kita bisa berbagi kebahagiaan di bulan Ramadan ini dengan berbagi berkah makanan yang kita miliki. Sebab, kebahagiaan mereka, insyallah kita juga ikut merasakan..
Sementara itu, untuk menjaga tubuh agar tidak kekurangan cairan. Maka minumlah air di antara berbuka dan sahur. Kalau bisa, kita menghindari minuman yang mengandung kafein sebab dapat meningkatkan produksi urine dan berpotensi yang menyebabkan dehidrasi.
Di bulan Ramadan banyak hal yang dapat kita syukuri. Memang kata tersebut mudah sekali kita ucapkan tapi terasa sulit kita aplikasikan jika kita tidak bisa mengontrol diri. Belajar puasa tidak hanya belajar menahan diri dari rasa lapar dan dahaga. Tapi bagaimana kita merenungkan hubungan kita dengan makanan dan memanfaatkan untuk memelihara tubuh dan jiwa. Hal tersebut dapat kita lakukan dengan mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan sehingga kita menghormati tubuh kita sebagai amanah dari Allah dan terus belajar mendekatkan diri kepada-Nya sebagai bentuk syukur dengan penuh kesadaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H