Setiap tanggal 22 Desember kerapkali datang ucapan selamat hari ibu. Apakah ucapan itu kita ingat hanya setiap tanggal 22 Desember? Sebuah peringatan sebaiknya kita sikapi dengan bijak sebagai pengingat kita tentang pentingnya jasa seorang ibu. Jasa ibu yang begitu penting dan memiliki peranan dalam kehidupan kita di dunia ini. Tanpanya mungkin sekarang tak bisa merasakan indahnya fatamorgana yang terkadang menggoda kita untuk melupakan karena kesibukan kita terhadap karier yang kita geluti.
Wahai kawan pernah merasakan kehilangan orang yang berarti bagi kita? Apalagi peranannya seperti orang tua sendiri. Hidup terasa hampa, setiap sudut ruangan yang ada hanya bayangan yang tak mudah ditepis. Dia selalu membayangi kehidupan dan perasaan bersalah selalu hadir menemani setiap momen tertentu. Saat dia masih ada bersama kita, tapi kita siakan begitu saja tapi di kala dia tak ada seakan kehidupan kita terasa kurang berharga.
Apalagi yang telah tiada adalah orang tua kita. Mungkin separuh hidup kita seakan kurang berarti. Kita hanya meratapi kepergiannya tanpa bisa berbuat apapun. Hanya sebait penyesalan yang terkadang hadir menyapa. Penyesalan yang tak bisa dilakukan semasa hidup. Berbuatlah sesuatu yang dapat menjadi hadiah orang tua kita agar bahagia di alam lain. Dengan untaian doa kita semoga menjadi teman sejatinya dalam peristirahatnya. Lakukan dengan sepenuh hati sebagai bentuk ucapan terima kasih dan buntuk cinta kita atas semua pengorbanan yang telah dilakukan kepada kita semasa hidupnya.
Jikalau kita cukup rezeki, bisa kita sedekahkan untuknya kepada fakir dan anak yatim. Dengan begitu, orang tua kita akan tersenyum bangga kepada kita. Mereka akan merasa berhasil dan tak sendiri di alamnya. Ada anaknya yang selalu bersamanya dan ingat kepadanya. Menyesali tak masalah tapi larut dalam penyesalan justru akan membuat diri kita rapuh. Tapi berbuatlah sesuatu yang membuat orang tua kita bangga. Berdoa di setiap sujud kita akan membuat orang tua kita tersenyum dan menantinya dengan penuh bahagia.
Itulah kehidupan, kadang apa yang ada di depan terasa tak tampak tapi saat kehilangan terasa berat rasanya. Untuk itu, wahai kawan sayangilah ibumu selagi masih hidup. Berilah waktu kita sejenak untuk sekadar menelpon maupun berkunjung. Senangkan hatinya meskipun harta yang kita miliki tak mampu membalas jasanya kepada kita. Apa yang kita berikan suatu saat anak kita akan melihat dan memperlakukan kita kala tua nanti.
Jika kita turuti ego kita, kita terlalu sibuk dengan urusan duniawi yang tak pernah ada ujungnya. Dari pagi membuka mata hingga mengantuk menyapa kembali. Tak berat hanya menyapa melalui gawai yang kita miliki sekadar menanyakan kabar orang tua kita. Bagaimana kondisinya, apa yang dilakukan? Sedang makan apa? Sebuah pertanyaan sederhana tapi penuh makna bagi orang tua kita. Apalagi kita tak bisa berkunjung karena letak geografis yang kurang bersahabat. Lakukan apa yang bisa kita lakukan sebelum penyesalan datang menyapa di hidup kita. Jika ada waktu luang berkunjunglah. Dengan kunjungan itu akan menghadirkan kebahagiaan yang luar biasa. Rumah yang begitu sepi akan penuh dengan canda tawa anak dan cucunya.
Ibu secara tulus menjaga dan merawat kita hingga dewasa. Dekapannya mampu menetramkan hati kita di saat gundah gulana. Saat hati terasa hampa ada ibu sebagai matahari yang curahannya mampu menghangatkan dan menguatkan langkah untuk terus mengepakan sayap hingga kita menemukan jati diri. Untuk itu, sayangi ibu semasa masih hidup. Berikan perhatian seperti perhatian yang diberikan kepada kita sewaktu kecil. Pengorbanan membuat kita kuat menatap masa depan. Percayalah di setiap langkah kaki kita, ada doa dan harapan yang disenandungkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Agar kita mampu mecapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Terima kasih ibu, kaulah wanita hebat. Semoga kebahagiaan senantiasa engkau dapatkan di dunia dan akhirat. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H