Masa pandemik membawa pengaruh besar terhadap perubahan karakter siswa terutama penanaman Budaya 5S. Penurunan karakter dari imbas pandemik mulai menunjukkan faktanya. Tak bisa dipungkiri kebiasaan yang awalnya baik, tapi tak pernah diterapkan ternyata membawa penurunan nilai dari seorang siswa. Siswa semakin asyik dengan dunia teknologi sehingga kurang peka terhadap keadaan sekitarnya.
sumber dokumen penulis
Pada masa pandemik, metode pembelajaran yang dipusatkan secara daring. Metode ini tentu memiliki dampak positif dan negatif. Dampak negatif tentu akan melunturkan budaya terutama 5S. Tidak hanya Budaya 5S saja yang berubah, tetapi juga karakter lain misalnya budaya membaca, kerja keras, dan sebagainya. Hal ini tentu melunturkan semangat siswa dalam meraih masa depan.
Pemakaian gawai yang melebihi peruntukkan akan membuat cara pandang dan gaya hidup pada siswa berubah. Hal ini akan berimbas pada cara berpikir dan perilaku siswa tentunya. Siswa yang terbiasa tanpa salim karena sebelumnya ada larangan karena covid 19 juga berdampak pada keramahan juga. Tentu suatu delima yang mendapat perhatian dari pihak sekolah terutama warga sekolah.
Fenomena ini merupakan suatu penurunan karakter yang perlu penanganan serius. Perlu adanya langkah preventif dan kolaborasi tim yang apik. Sebagus apa pun itu program kerja di suatu instansi bila tidak ada kolaborasi dengan baik maka ide hanya sekadar ide. Tapi realitanya juga tak menghadirkan manfaat. Oleh sebab itu, seluruh tim hendaknya mengetahui tujuan, manfaat, satu misi, dan visi agar dapat sejalan seirama hingga pencapaian tujuan sesuai harapan.
Pembelajaran di sekolah tidak hanya berpusat pada materi semata tapi hendaknya ditekankan pada penanaman karakter. Karakter yang yang menjadi pondasi utama dalam pembentukan perilaku siswa dalam menyambut masa depan. Penumbuhan karakter yang mulai terkikis karena berbagai faktor tentu merupakan PR bersama yang mesti diselesaikan. Apalagi penanaman karakter di Kurikulum Merdeka mendapat porsi yang lebih banyak sehingga tercetus P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Hal ini berupaya menumbuhkan karakter siswa yang sesuai dimensi Pancasila yang berupa siswa dapat tumbuh karakter kerja sama, akhlak mulia, kritis, dan sebagainya.
Warga sekolah yang melakukan kajian penurunan karakter dapat melalui rapat dinas sekolah. Berbagai permasalahan yang ada di sekolah dapat disampaikan dan seluruh warga sekolah yang dipimpin kepala sekolah dapat menentukan skala perioritas penanganan. Penanganan yang diputuskan secara sadar tanpa paksaan akan menentukan kinerja dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan penanaman budaya 5S yang sebelumnya belum dilaksanakan dapat mempengaruhi cara pandang seorang guru.
Cara pandang seorang guru berbeda-beda tergantung dari tujuan yang diharapkan. Dalam pelaksanaan penanaman 5S menuntut seorang guru datang lebih pagi dari biasanya. Jika guru menjadikan suatu beban tentu akan terasa berat. Tapi jika guru menjadi tantangan dan tujuan mulia tentu akan menghadirkan semangat baru dalam menyambutnya.
Segala hal baik tentu menghadirkan manfaat. Lalu, timbul suatu pertanyaan apa manfaat dari kegiatan penerapan Budaya 5S di sekolah?