Mendengar kata "Sampah" sepertinya tidak asing bagi kita, apalagi negara Indonesia merupakan salah satu negara terbesar penghasil sampah. Tapi bagi warga Klaten ini justru sampah plastik itu dicari untuk di olah kembali. Beruntungnya saya sebagai salah satu peserta Danone Blogger Academy 2018 bisa menyambangi Pengelolaan Sampah di daerah Klaten, Jawa Tengah.
Waktu melihat jadwal kunjungan selama di Yogyakarta, Klaten dan Solo yang bikin saya paling penasaran itu ke tempat pengelolaan sampah. Tempat pengelolaan sampah yang ini berbeda dengan tempat yang pernah saya kunjungi di daerah Bekasi bersama teman-teman komunitas. Pengelolaan Sampah Rukun Santoso, Karanglo Polanharjo di Klaten membuat saya terpana dengan apa yang mereka kreasikan dengan sampah plastik.
Siang itu tiba di Pengelolaan Sampah Rukun Santoso, Karanglo Polanharjo Klaten disambut dengan teriknya matahari siang tapi tak menyurutkanku bersama teman-teman peserta Danone Blogger Academy 2018 untuk tetap melakukan kegiatan bersama para ibu-ibu di Rukun Santoso. Yang menarik waktu sampai disini adalah waktu sampah plastik yang sudah siap dikerjakan untuk menjadi suatu kerajinan tangan oleh para ibu-ibu.
Di Rukun Santoso ini semuanya adalah sampah plastik yang nantinya siap dijadikan kerajinan tangan yang siap dijual, modelnya pun beraneka macam. Disini kebanyakan para ibu-ibu yang diperkerjakan untuk membuat kerajinan tangan dari sampah plastik. Rukun Santoso berkerjasama dengan Danone - AQUA untuk memberikan pelajaran tentang bagaimana untuk mengelola sampah plastik.
Disini yang mayoritas adalah para ibu-ibu yang meluangkan waktunya untuk membuat kerajinan tangan dari plastik, beraneka macam barang mereka buat dan siap dijual.
Waktu saya ngobrol-ngobrol sama ibu Sumarti dan ibu Sri Pardini tentang apa yang mereka kerjakan di Rukun Santoso ini, mereka senang sekali karena bisa membuat kerajinan dari sampah plastik. Kebetulan kedua ibu yang bersama saya sedang membuat bros untuk hijab, bentuknya pun bisa bermacam-macam tergantung dari pesanan atau kreasi mereka.
Nah ini beberapa bros yang dibuat oleh ibu Sumarti dan ibu Sri, mereka juga suka dapat pesanan souvenir dalam jumlah banyak. Dalam satu hari mereka berdua bisa menghasilkan kurang lebih 300 bros dengan beragam bentuk. Untuk membuatnya sangat mudah sekali, kemarin waktu disana saya diajarka oleh ibu Sumarti untuk membuatnya. Saya sempat membagikan di insta story dan beberapa teman banyak yang komen dan rata-rata bilang "bagus banget itu brosnya".
Saya pun setuju, karena waktu sebelum dijahit sempat merasa aneh apa iya dari bungkus makanan ini bisa menjadi sesuati yang cantik? Ternyata setelah dikerjakan oleh ibu Sumarti hasilnya jadi cantik banget ya. Untuk 1 bros ini biasanya dijual dengan harga Rp 5.000 saja, murahkan? Jangan lihat dari harganya tapi lihat dari cara mereka membuat ini dengan sepenuh hati.
Tidak hanya bros, gantungan kunci dan bungan cantik saja yang dibuat oleh para ibu-ibu di Rukun Santoso. Masih banyak loh kerajinan tangan yang siap jual ini, contohnya seperti yang saya bawa ini adalah pouch toska yang sangat cantik sekali. Sekilas kalau dilihat memang tidak seperti plastik bukan? Tapi nyatanya ini adalah hasil dari pengelolaan sampah plastik di Rukun Santoso Karanglo Polanharjo.
Darisini kita dapat belajar bahwa manusia itu selalu berinteraksi dengan plastik, karena plastik sudah menjadi teman sehari-hari. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan sampah plastik yang biasa kita gunakan sehari-hari. Mulai dari sekarang mari kita sama-sama bijak dalam penggunaan plastik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H