Lihat ke Halaman Asli

Udin Suchaini

#BelajarDariDesa

Geger Cacing dalam Kaleng

Diperbarui: 1 April 2018   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi, sumber: pixabay.com

Cacing dalam tulisan ini bukan metafora. Cacing yang sebenarnya cacing. Yang membuat kita jijik ketika melihatnya, memegangnya, terlebih lagi memakannya.

Akhir-akhir ini cacing telah membuat sebagian orang panik. Cacing yang terbungkus rapi di dalam kaleng bersama ikan makarel. Bukan masalah cacing yang menjadi ihwal permasalahan, namun rasa jijik dan takut terancam penyakit ketika mengkonsumsinya.

Ikan dalam kaleng, awalnya dibuat hanya sarden. Menurut wikipedia, ikannya relatif kecil. Namun sekarang berkembang untuk ikan yang berukuran lebih besar, salah satunya ikan mackarel.

Ikan jenis mackarel merupakan ikan predator, makanannya ikan-ikan kecil lain. Tidak salah ada cacing dalam tubuh ikan predator. Cacing itu menjadi parasit pada ikan. Namanya cacing anisakis.

Menurut wikipedia juga, anisakis adalah genus nematoda parasit yang menyerang ikan dan mamalia laut. Cacing ini juga dapat menyerang manusia yang memakan ikan mentah dan menyebabkan penyakit anisakiasis. Efeknya seperti alergi yang muncul setelah kita makan biota laut. Artinya, parasit ini dapat menyerang manusia.

Pada dasarnya, proses pengalengan ikan telah mengalami tahap sterilisasi. Ikan pun dalam keadaan higienis. Suhu yang digunakan antara 115 -- 117 derajad Celcius. Pada tahap ini, ikan yang positif bercacing anisakis pun, cacingnya sudah tewas.

Secara estetika, menelan cacing ini seperti makan kangkung yang ada ulatnya. Tanpa kita sadari, kita juga ikut menelan ulatnya. Alasan jijik menjadi penyebab utama kita tidak mau mengkonsumsinya, alasan terpapar penyakit menjadi masalah kedua. Dan kalau Menteri Kesehatan bilang tidak masalah menelan cacing anisakis tidak perlu di nyinyir. Tak perlu juga curiga titipan pengusaha.

Sebagai tokoh, sang menteri mungkin lebih bermaksud supaya masyarakat tidak panik. Ketika konsumen panik, dampaknya penurunan penjualan. Dan ketika penjualan turun, pekerja juga ikut dirugikan. Bahkan menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Pengalengan Ikan Indonesia (APIKI) Ady Surya, hampir seluruh pabrik pengalengan di seluruh Jawa dan Bali telah menghentikan produksinya. Ribuan karyawan juga terpaksa dirumahkan.

Kehati-hatian makan makanan kaleng memang perlu, namun yang perlu lebih berhati-hati adalah konsumsi ikan segar jenis mackarel, misalnya ikan selar atau tenggiri. Untuk ikan jenis ini hematnya lebih baik dimasak dulu, karena menurut ahli yg saya searching di google, suhu 70 derajad celcius dapat membunuh parasit yang ada di tubuh ikan. Sementara, makan ikan jenis ini dalam keadaan mentah, resiko terpapar penyakit jauh lebih besar jika dibandingkan makan ikan dalam kaleng.

Kapanikan ini mungkin harus maklumi juga. Semua sudut pandang coba saya lihat, mulai dari asal-asalan hingga aktual. Secara asal-asalan saya katakan cacing-cacing itu tidak mengganggu tubuh kita, toh ketika kita sakit tipus misalnya, ada obat yang diproduksi berbahan baku cacing. Secara aktual, cacing yang satu ini telah dianggap sebagai parasit yang membahayakan dan telah kepalang masuk ke dalam kaleng bersama ikan sebagai inangnya.

Secara produksi pengalengan ikan saya pun yakin, pasti memiliki standar tersendiri pada makanan yang diproduksi berikut pemeriksaan kelayakan untuk dimakan. Namun, jika ada mal produksi yang terjadi di pabrik pengalengan yang lolos tanpa seleksi, pastilah konsumen yang merugi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline