Malam pelan merambat
Larut kian terasa memuncak
Menggapai dini hari memeluk sepi
Hening menusuk diri yang bergeming
Menggugah pikiran dalam kebimbangan
Haruskah bertahan meski pahit menjepit
Melililit seperti enggan enyah?
Hidup memang pilihan
Silakan apa yang hendak ditempuh
Menambat pada kebajikan
Atau melabuh pada kefasikan
Silakan saja, terserah dan sesuka-suka
Namun ingat!
Bahwa setiap pilihan jalan hidup yang diambil
Senantiasa mengandung konsekuensi
Senantiasa mengandung risiko pula
Tak selamanya kepahitan itu berlanjut tanpa ujung
Selagi jernihnya kalbu selalu menimbang-nimbang
Menghantam tajam merobek kebuntuan
Pada jiwa yang sedang menggayut kebimbangan
Secangkir kopi pahit yang kau teguk setiap pagi
Adalah pahitnya hidup yang harus dijalani
Sebagai tantangan yang harus dihadapi
Bila ingin meraih manisnya madu
Menikmati indahnya taman surgawi
Dalam setiap jengkal langkah perjuangan
Dan, senandung doa yang dipanjatkan
Tiada putus tiada henti ...
*****
Kota Malang, November di hari keenam, Dua Ribu Dua Puluh Empat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H