Lihat ke Halaman Asli

Karena Senja Telah Tiba

Diperbarui: 27 Oktober 2024   03:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: kompas.id

Dentuman waktu yang bertalu-talu dan berlalu
Membayang pada siapapun tanpa ampun
Menguntit tak peduli pada siapapun meski menjerit
Suka duka tak bercela mewarnai tanpa janji

Si miskin menjadi kian miskin siapa yang peduli?
Si kaya menjadi kian kaya dengan gelak tawanya tiada henti
Adakah di antara kita merasakannya meski hanya sesaat?

Senja merona mengapa harus merana?
Bukankah adalah hal yang biasa menimpa alam semesta?
Untuk apa disesali?

Coba tanyakan kepada matahari
Mengapa kemarau harus terjadi
Mengapa hujan turun, petir menyambar ke bumi
Lalu mewujud sebagai bencana tak dinyana?

Coba tanyakan kembali kepada matahari
Mengapa kemarau harus terjadi
Mengapa hujan turun, petir menyambar ke bumi
Lalu mewujud sebagai anugerah dan berkah tak terkira?

Usahlah merana di kala rona senja menghampiri
Bila memang saatnya tiba yang tak seorangpun kuasa
Untuk menghalang dan menghadangnya

Biarkanlah rona senja datang dan berlalu
Karena ia sedang menyapa hati dan pikiran
Agar selalu terjaga untuk tak berulah berujung malapetaka

Pernahkah rona senja saat menampakkan wajahnya
Sembari meronta-ronta, membuat manusia jadi alpa?
Dan, mengapa harus merana tiada tara?
Mengapa?

Janganlah sekali-kali meragukan, apalagi merendahkan
Tentang maha pengasih, maha penyayang Tuhan
Yang memang nyata sebagai Sang Maha Segala ...

*****

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline