Salahkah aku bila harus memilih dan bersikap sebagai golongan putih?
Nistakah aku?
Maka berkelompok sebagai orang suci, tak terkontaminasi
Oleh hiruk pikuknya politik praktis yang sarat dengan intrik
Sarat dengan kekejian dan kekejaman
Bagiku adalah sikap yang arif nan bijaksana
Apakah sikap yang demikian ini sebagai sesuatu yang serta merta?
Tidak!
Sebab, semua melalui proses pergulatan pemikiran panjang
Seksama, dan tidak tiba-tiba begitu saja
Berapa kali kita menjalankan pemilihan umum sejak merdeka?
Lalu, apa yang dihasilkannya?
Mewujudkah arah dan tujuan bangunan bangsa di negeri ini
Sepanjang menjalankan pemilihan umum yang sudah mencapai tiga belas kali?
Sudahkah?
Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Memajukan kesejahteraan umum yang universal
Mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
Melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial
Atau, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Nusantara tanpa kecuali
Dimanakah wujud raut wajahnya hingga saat ini?
Terlintaskah di benak kita hingga mencapai pada kedalaman pemikiran
Bahwa menjalankan pemilihan umum di negeri ini, sesungguhnya
Adalah bertolak belakang dengan prinsip dasar berbangsa dan bernegara
Yakni, tentang kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Bukankah bangsa negeri ini dibangun di atas pondasi Pancasila serta konstitusi dasar 1945?
Dan, itu adalah komitmen luhur yang haram untuk dikhianati!
Disadarikah semua itu?
Semoga!
*****
Kota Malang, Oktober di hari kelima, Dua Ribu Dua Puluh Empat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H