Lihat ke Halaman Asli

Rindu Tak Terperikan

Diperbarui: 3 Agustus 2024   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar: pixabay/JuliusH

Lantaran tak terejawantahkan
Manakala mendendam bara dalam sekam
Di kala lukisan hidup indah di taman merindang
Selalu melintas di alam pikiran

Resah gelisah nan gundah gulana menghantam
Bertubi-tubi tiada henti, dan kian menjadi-jadi
Itulah yang ditemui ...

Resesi, krisis mulai membayang menghantui
Di tengah pesta dan gelak tawa mereka
Yang merasa sebagai pemenang di pergumulan sejarah

Perlahan namun pasti
Dunia sudah tak ramah lagi
Kebangkrutan massal mulai terjadi
Walau ditutup-tutupi oleh ragam nyanyian dan narasi
Kita sedang baik-baik saja

Si pungguk merindukan bulan
Tersudut oleh cibiran, pengoyak impian
Meletup tak tertahankan
Menanti jawaban membelakkan mata telinga
Bahwa sebenarnya kita sedang tidak baik-baik saja
Menuju puncak yang tak terkira 

Drama berbingkai datang silih berganti
Mewarnai bumi pertiwi ...

*****

Kota Malang, Agustus di hari ketiga, Dua Ribu Dua Puluh Empat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline