Lantaran tak terejawantahkan
Manakala mendendam bara dalam sekam
Di kala lukisan hidup indah di taman merindang
Selalu melintas di alam pikiran
Resah gelisah nan gundah gulana menghantam
Bertubi-tubi tiada henti, dan kian menjadi-jadi
Itulah yang ditemui ...
Resesi, krisis mulai membayang menghantui
Di tengah pesta dan gelak tawa mereka
Yang merasa sebagai pemenang di pergumulan sejarah
Perlahan namun pasti
Dunia sudah tak ramah lagi
Kebangkrutan massal mulai terjadi
Walau ditutup-tutupi oleh ragam nyanyian dan narasi
Kita sedang baik-baik saja
Si pungguk merindukan bulan
Tersudut oleh cibiran, pengoyak impian
Meletup tak tertahankan
Menanti jawaban membelakkan mata telinga
Bahwa sebenarnya kita sedang tidak baik-baik saja
Menuju puncak yang tak terkira
Drama berbingkai datang silih berganti
Mewarnai bumi pertiwi ...
*****
Kota Malang, Agustus di hari ketiga, Dua Ribu Dua Puluh Empat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H