Ambisi yang menggebu
Laksana genta bertalu-talu
Melaju langkah seribu
Hingga merobek menyayat kalbu
Namun jalan buntu masih membelenggu
Jera tak jua menyapa
Lantaran kepalang basah terlanjur sudah
Apa hendak dikata
Surut langkah pun jadi susah
Mulailah bertingkah polah
Menunjuk sana sini
Mengumpat dan mencaci
Kompensasi dari harga diri
Yang tak lagi dihargai
Terkunci mati
Ulah sendiri, mengapa tak disadari
Bila yang dihadapi lebih mumpuni
Segalanya dimiliki untuk bisa menjadi
Pada posisi memuncak tinggi?
Sementara, hanya bekal ambisi tanpa strategi
Hanya akan menuai sakit hati
Berbias menuduh sana sini
Dengan narasi-narasi basi yang bikin geli
Curang!
Matinya demokrasi!
Hak asasi dikebiri!
Bla bla bla bla ...
Renjana di ujung tanduk, usahlah disesali
Bila hanya akan menambah luka
Bagai sembilu menyayat diri ...
*****
Kota Malang, Maret di hari ketujuh, Dua Ribu Dua Puluh Empat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H