Lihat ke Halaman Asli

Subulu salam

Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional - Universitas Islam Indonesia

Kunjungan Kompas ke UII - Matursuwun Kompas

Diperbarui: 21 November 2023   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pagi hari buta, selesai pulang dari Asrama teringat workshop pelatihan penulisan yang akan terselenggara hari ini. 16/11/23, (Kamis) Kampus UII kedatangan Kompas, dalam agendanya Kompas Institute, perjalanan Kompas ke kampus-kampus Yogyakarta. Sesegera mungkin sambil menunggu, rutinitas harian yang beberapa minggu belakangan aku rutin kerjakan, sematch dulu, nge-game untuk merefresh diri agar terhindar penyakit mental health yang menimpa mahasiswa.

Perjalanan dimulai dari kost teman, badan segar dengan meminjam baju teman. Aku bermotor ria dengan kecepatan sedang sambil sesekali menerka-nerka, nanti ngapain aja. Sesampainya di area kampus, angin sepoi menemani perjalanan. Dan lucunya aku salah memarkir motor, oiya bukan di perpus, celetukku dalam hati.

Sesampainya di tempat workshop, aku sedikit lega, karena tepat baru saja dimulainya acara. Acara diawali dengan berbagai sambutan, Perwakilan dari Kompas dan UII. Dan selanjutnya dilanjut dengan pengenalan Kompas.id, materi yang menarik, dari sejarah, peralihan, dan hingga pemberitahuan setiap peserta workshop mendapatkan akses gratis 3 bulan di Kompas.id, matursuwun Kompas.

Tiba pada inti dari kegiatan workshop penulisan, dengan mengambil tajuk menarasikan peristiwa dengan memikat, Daeng seperti dikenalkan oleh moderator, 10 tahun meliput daerah timur, hingga menjadikan logat daeng berulang kali menyebut kata toh, "kalian selidiki, toh" Ucap Daeng. Materi yang disampaikan daeng dengan menampilkan beberapa tulisan yang ia pernah tulis, tentu dengan gaya naratif. Menurutnya ia bukan seorang yang teoritis, ia lebih ke praktik saja.

Dankuwel, judul tulisan Mohamad Final Daeng. Daeng sempurna membuat para peserta berdecak kagum, tulisan-tulisan daeng dengan gaya naratif, enak dibaca, kalimat ke kalimat seterusnya membawa kami turut mengimajinasikannya.

Dari tulisan Daeng yang paparkan, materi yang ia turut jelaskan, pesan, inti, isi berita sebaiknya dapat sudah terlihat dari judul, dan foto jurnalis. Naratif bisa digunakan saat ada kendala dalam peliputan lapangan. Juga Naratif terlihat ringan namun berbobot, bisa juga agar pembaca lebih bisa membayangkan.

Naratif itu harus kaya kosa kata. Nulis itu luwes sama bertutur pake bahasa obrolan. Tulisan yang baik adalah yang ditulis, sering diasah, semakin diasah semakin tajam, lanjut Daeng dalam menyarankan tulisan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline