Lihat ke Halaman Asli

Soal Hasil Otopsi TKI, Pemerintah Jangan Bohongi Rakyatmu!

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menyampaikan hasil otopsi ulang jasad para TKI asal Lombok Timur NTB yang diduga organ tubuhnya tidak utuh lagi. Menurut siaran Pers Kemlu, bahwa organ tubuh ketiga TKI itu lengkap.

Tetapi hasil otopsi ulang ini masih diragukan oleh banyak pihak. Karena seperti biasa, bisa saja pihak kepolisian sudah diwanti-wanti oleh pemerintah yang tidak mau boroknya ketahuan. Bahkan menurut Anis Hidayah, Direktur Eksekutif Migrant Care, rata-rata ada 700 TKI Tewas setiap tahunnya dan mayatnya dipulangkan ke Indonesia (Berarti setiap hari rata-rata ada 2 TKI yang tewas. ini ada apa?).  Tetapi KBRI hanya menerima saja hasil otopsi pihak Malaysia tanpa melakukan pengecekan kepada jasad terhadap kebenaran nota otopsi pihak Malaysia. Lantas jasadnya langsung dipulangkan dan dimakamkan. Pihak keluarga pun lebih banyak menerima saja, tanpa mengecek kondisi jenazah apakah organnya lengkap atau tidak.

Hasil otopsi yang resmi disampaikan pak Menteri itu bertentangan dengan penglihatan langsung oleh sanak keluarga Herman dan Jaelani yang mengatakan kalau mata kedua TKI itu sudah tidak ada.

Sangat disayangkan, hasil otopsi hanya dilakukan oleh pihak kepolisian yang ditunjuk pemerintah. Seharusnya juga didampingi oleh pihak forensik yang independen. Sehingga masyarakat dan keluarga merasa aman dan tidak diintimidasi oleh pihak manapun. Barulah kita percaya terhadap hasil otopsi ulang yang sebenar-benarnya.

Kita memang tetap mentaati asas praduga tidak bersalah. Tetapi seharusnya pemerintah jangan menyembunyikan hasil otopsi yang sebenarnya. Jangan juga merekayasa siaran resmi Kemlu. Berikan Pihak Kepolisian dan pihak keluarga hak untuk menjelaskan keadaan sesungguhnya. Jangan ada yang ditutup-tutupi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline