Lihat ke Halaman Asli

Oh Metro TV, Kau Makin Vulgar Aja

Diperbarui: 4 April 2017   17:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1334323972992811637

[caption id="attachment_181729" align="aligncenter" width="259" caption="Metro TV"][/caption] Siang tadi sembari beristirahat siang, saya stel channel Metro TV untuk menyimak berita-berita hangat dari TV yang memfokuskan Berita ini. Namun, alangkah kejutnya saya ketika tv ini menayangkan secara Live sebuah Tarian Salsa yang langsung dilakukan oleh sepasang penari Salsa yang benar-benar memakai baju seperti bikini. Hanya bagian depan saja yang tertutup separuh, sementara bagian punggung praktis tidak ada penutup hingga pinggang sang penari. Setelah Tarian Salsa usai, 3 orang penyiar Metro bertepuk tangan memberi aplaus. Ketiga penyiar ini mengenakan pakaian celana Jeans yang ketat. Beritanya dibaca bertiga sambil berdiri. Hal ini tidak lazim sebagai pembawa berita yang lazimnya duduk manis dengan pakaian formal. Semakin hilanglah rasa suka saya kepada TV ini. Ditambah lagi, para penyiar Metro TV ini semuanya tidak pakai Jilbab. Dugaan saya, memang ada larangan di stasiun TV yang dimiliki oleh Putra Daerah asal Aceh "Surya Paloh" ini, aneh bukan? Padahal di Aceh, Polwan saja pakai Jilbab. Sebut saja penyiar hebat Metro TV yang dulu selalu tampil membawakan berita dengan mantapnya, yaitu: Sandrina Malakiano. Sejak berjilbab, muallaf yang juga istri dari Eep Syaifullah Fattah ini berhenti atau diberhentikan oleh Metro TV. (???). Saya sudah terlanjur suka dengan Berita-berita dari Metro TV ini jauh sebelum kehadiran TvOne. Sejak itu pula saya tidak pernah melihat tayangan yang seronok di TV ini. Namun, rupanya image itu sudah diubah oleh manajemen Metro TV. Televisi yang dimilik oleh Surya Paloh (Pembina Partai Nasdem) ini sebenarnya sudah tepat memposisikan diri sebagai TV Berita. Tidak perlu lah ikut-ikutan TV swasta lainnya, yang harus memberi bumbu-bumbu porno agar programnya mendapat rating tinggi. Toh juga setiap stasiun TV punya pemirsa yang fanatik-fanatik. Karena setiap orang tentu memiliki selera sendiri-sendiri terhadap tayangan dan hiburan melalui media layar kaca ini. Seperti saya misalnya, suka acara: Kick Andy, Headline News, Suara Anda, Top 9 News, e-life Style, Sentilan-Sentilun, DemoCrazy, Metro Highlights, dan Mario Teguh Golden Ways. Sebenarnya sudah banyak sekali laporan dari warga baik melalui media cetak maupun media maya seperti Kompasiana ini yang mengkritik konten dari televisi di Indonesia. Sepertinya juga TV swasta masih belum punya visi dan misi yang jelas untuk menghibur dan mendidik masyarakat. Mayoritas tayangan TV hanyalah mengobral aurat. Belum lagi menjamurnya tayangan yang meniru Pop Korea (K-Pop) yang semuanya mengumbar aurat. Dengan modal tampang yang cantik dan seksi, penyanyi yang masih seumur jagung itu berderat dan berbaris memakerkan aurat mereka dari tumit hingga belahan dada kepada 259 juta penduduk Indonesia dan juga pemirsa di mancanegara yang kebetulan menyetel TV Indonesia. TV Bisa Lebih Berbahaya dari Nuklir Dewasa ini hampir setiap rumah di seantero Indonesia memiliki pesawat televisi. Bahkan satu rumah bisa memiliki TV sebanyak 3 atau 4 buah. Bayangkan saja, jika 50% saja penduduk Indonesia yang berjumlah 259 juta jiwa menonton TV, berarti ada 130 juta jiwa yang matanya menatap layar kaca ini. Dahsyat sekali efeknya, jika tayangannya berbobot dan positif, maka sebanyak itulah pemirsa yang memuji dan mendapatkan manfaat dari siaran TV ini. Tetapi juga sebaliknya, jika tayangannya jelek dan tidak bermutu, maka sebanyak itu pula pemirsa yang mengumpat dan mendapatkan mudharatnya. Kalau Nuklir ditakuti orang karena bahayanya meliputi seluruh kota dan Pulau, maka TV justru bisa lebih berbahaya, karena keberadaannya ada di setiap sudut rumah rakyat Indonesia bahkan dunia. Satu peluru hanya bisa menembus satu nyawa. Tetapi satu siaran bisa menembus ratusan juta jiwa. Wahai para pemilik dan pengelola TV, renungkanlah keberadaan Saudara. Melalui TV ini saudara bisa berdakwah untuk kebaikan yang ganjarannya berlipat-lipat, tetapi melalui TV ini pula Saudara akan memanen dosa, jika tayangannya mengandung mudharat.Layaknya Multi Level Marketing, maka pahala atau dosa yang anda pikul berbanding lurus dengan manfaat dan mudharat yang diambil oleh pemirsa setia Televisi saudara. Renungkanlah. Tidak perlu menunggu kerja dari KPI atau Satgas Pornografi bertindak, tetapi buatlah self filter pada acara-acara di TV yang Saudara kelola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline