Lihat ke Halaman Asli

Rakyat vs Rakyat, Batu vs Peluru

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1333117661212328676

[caption id="attachment_179305" align="aligncenter" width="244" caption="Demo BBM Naik"][/caption] Luar Biasa, setiap kali akan ada kenaikan BBM, sudah pasti suasana demo menjadi headline di TV dan Koran. Tak ketinggalan forum-forum diskusi di dunia maya semacam Kaskus, Topix, atau via yahoo messenger, skype, GoogleTalk, dlsb. Semua ini bermuka ketika Presiden SBY (yang dipilih oleh rakyat) dan jajaran menterinya (yang dipilih oleh partainya, partai di pilih rakyat), mengumumkan akan menaikkan Bahan Bakar Minyak (BBM) per 1 April 2012. Tidak tanggung-tanggung, hampir semua daerah di Indonesia ada demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat dan terutama dimotori oleh mahasiswa (rakyat juga). Mahasiswa bersenjatakan Batu, sementara pak Polisi siap-siap dengan senapan yang dilengkapi peluru (entah peluru karet atau peluru beneran). Ketika BBM naik, tentu saja rakyat kecil akan sangat menderita karena bisa dipastikan semua harga Sembako akan naik. Sementara buy value rakyat kita cenderung statis. Di pihak pemerintah (ada Presiden, DPR, Menteri, Dirjen, Kepala Dinas, Gubernur, Bupati/Walikota, dan PNS pemegang jabatan struktural lainnya) tidak meraskan dampak kenaikan ini secara membabi buta. Karena apa?. Untuk mereka para pejabat struktural itu, semua anggaran rumah tangganya sudah diatur dalam APBN/APBD. Mulai dari harga trasi di Dapur bupati, harga baju seragam, sepatu, dasi, mobil dinas, transport dinas, bolpoin, kertas, celana dalam, dll semuanya ditanggung oleh negara. Sehingga praktis mereka-mereka ini tidak begitu memikirkan dampak kenaikan BBM secara personal. Tetapi bagi Si Udin yang tukang macul, harus berfikir 1000 kali, karena harga sabun colek akan naik, harga pupuk akan naik juga, harga trasi, harga beras, harga bawang, harga cabe, harga garam, dll akan ikut naik. Sedangkan pendapatannya belum tentu ikut naik. Jadi kalau begini? Apakah bisa begitu? Selama Indonesia tidak punya visi-misi jauh ke depan, maka negara ini akan menjadi "tumbal kenaikan harga minyak dunia" yang mungkin juga akibat permainan pebisnis Yahudi di AS dan Eropa sana. Mungkin awalnya hanya untuk mencounter Iran, namun dampaknya seperti lingkaran setan. Hanya satu setannya, tetapi setan ini berputar-putar. Jadilah resesi ekonomi dunia. Jika presiden Indonesia tidak sejenius dan seberani Ahmadinejad, maka rakyat Indonesia di bawah presiden yang tidak berani itu, akan membawa kepada kamuflase kemajuan. Coba bandingkan dengan negeri Jiran Malaysia. Diam-diam negara yang "kita benci" itu mampu menyedot ribuan TKI/TKW kita ke sana. Ada apa dengan mereka? Ternyata, Malaysia sudah punya visi-misi menjadi negara maju pada tahun 2020. Nah, kalau Indonesia kapan? Mungkin masih butuh waktu yang lama, karena pemerintah masih sibuk menghadapi "para pendemo" dan masih sibuk ngurus pengurus PSSI yang tidak bisa mengurus dirinya, karena masih malu pada kekalahan 10-0 lawan Bahrain. Oh rakyat, janganlah menembak rakyat, Oh peluru jadilah air saja, oh batu jadilah air juga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline