[caption id="attachment_175340" align="aligncenter" width="318" caption="Gedung DPR (images.google.com)"][/caption]
Berita hangat minggu ini adalah soal Korupsi beberapa anggota DPR dan politisi partai seperti Anggelina Sondakh, Anas Urbaningrum, Muh Nazaruddin, dkk. Berita terhangat kedua adalah soal Rok Mini di DPR.
Soal rok mini ini belakangan muncul karena adanya keluhan dari para anggota Dewan atas cara berpakaian para staf ahli atau asisten pribadi anggota Dewan. Mereka mengeluh ke Sekretariat Jenderal DPR. Begitu yang diungkapkan oleh Jaka Winarko, Humas Setjen DPR seperti yang diberitakan Kompas Online (www.kompas.com) pada Rabu, 7 Maret 2012 ini.
Berbagai macam komentar pro dan kontra soal rok mini ini. Ada yang mendukung pengaturan soal berpakaian ini, tetapi ada juga yang vokal berpendapat kontradiktif yang keluar dari mulut salah seorang anggota DPR juga. Siapa Dia? dialah Ruhut Sitompul, anggota komisi III dari fraksi Demokrat yang juga seorang artis. Kata Ruhut, seperti yang dikutip kompas.com, "Jangan dilarang-larang orang mau berpakaian seperti itu. Aku enggak setuju. Aku mau semua orang di dunia itu tampil seksi. Semua anggota DPR dan stafnya juga tampil seksi, biar aku yang sudah lelah perjuangan hidup ini selalu diberikan pemanasan,"
Kalau kita simak perjalanan dan tindak tanduk para anggota DPR saat ini, membuat kita mengelus dada. Bagaimana tidak, sudah begitu banyaknya anggota DPR yang terjerat kasus Korupsi, bahkan sudah banyak yang berada di Hotel Bukan Impian mereka alias bui. Seharusnya mereka berfikir bagaimana membuat Undang-undang yang membuat Indonesia bisa maju, bisa mengejar negara tetangga seperti Malaysia. Kita malu sama Malaysia ini. Mereka di tahun 2020 nanti sudah punya visi menjadi negara maju. Sementara Indonesia masih berkutat soal Korupsi dan Rok Mini. Sekedar mengesahkan UU Pornografi -yang berfungsi melindungi moral rakyatnya saja- susahya minta ampun. Masih terlalu banyak anggota Dewan yang berfikiran pendek. Bahkan kerjanya hanya 5D (Datang Duduk Diam Dengkur Duit). Maka, kalau Iwan Fals menyindir anggota dewan lewat lagu-lagunya, memang itu berangkat dari fakta juga.
Berharap banyak kepada para "wakil rakyat" yang faktanya tidak pernah bisa mewakili kepentingan rakyat yang memilihnya, sepertinya masih jauh panggang dari api. Nasib bangsa Indonesia yang konon katanya besar dan kaya raya ini masih memilukan. Belum lagi tuntas soal nasib anak bangsa yang menjadi duta bangsa TKI/TKW. Nasib mereka sangat memilukan sekali. Banyak kasus pembunuhan, yang pulang hanya peti mati mereka, ada kasus pemerkosaan, dan penganiayaan berat. Tetapi toh tidak ada perubahan hingga kini. Berita seputar kematian TKI/TKW di luar negeri masih menjadi Headline media. Sampai kapankah ini berakhir?
Jadi seharusnya anggota DPR yang terhormat itu, yang dipilih melalui pemilu dengan biaya besar itu, bisa menghasilkan undang-undang yang banyak dan berharga yang nanti mengatur tata kehidupan di Indonesia. Bukan malah berkomentar negatif atau malah menjadi lokomotif tindakan amoral itu.
Cukuplah kita malu sebagai bangsa yang dikatakan menempati urutan ke-3 dalam hal Korupsi ini. Juga kita malu, banyak kasus video porno beredar di masyarakat, bahkan kasus ariel-luna maya pernah masuk headline berita di Majalah Time di Amerika Serikat sana. Tapi toh undang-undang prihal pornografi tidak jua lahir untuk melindungi rakyat terutama buat anak-anak generasi penerus yang masih duduk di bangku sekolah. Justri anggota dewan seperti Dyah Pitaloka yang menolak UU pornografi itu. Atau si Ruhut yang berkomentar seperti orang tidak waras.
Jadi bangsa ini sepertinya masih penuh ujian. Rakyat Indonesia masih bermimpi memiliki para pemimpin yang amanah, yang jujur, yang bersih, yang bertakwa, dan yang berfikiran maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H