Lihat ke Halaman Asli

Rinduku Kepada Sawah...

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pagi ini udara begitu segar di depan rumahku. Serasa aku berada di tengah hamparan sawah saat kecil di desaku tercinta. Kesegaran seperti ini tentu saja sudah sangat langka di kota kecil tempat tinggalku ini. Padahal tahun 1990-an saat aku masih duduk di bangku SMP, daerah sekitar rumahku ini hanyalah hamparan sawah nan hijau. Kini setelah 22 tahun aku kembali ke kota mungil ini, keadaannya berubah total. Aku tidak lagi melihat hamparan sawah nan hijau yang sedap dipandang mata. Kini batang-batang padi itu telah berubah menjadi hamparan beton-beton. Udara segarpun enggan ke sini. Mereka lebih senang di desa atau di gunung rinjani nun jauh di sana. Tinggallah udara panas menyelimuti kota.

Di sekitar rumahku ini yang tertinggal hanyalah beberapa are sawah yang sudah dipetak-petak oleh pemiliknya. Tanah sawah ini tinggal menunggu titah sang empunya untuk disulap menjadi rumah, kos-kosan, jalanan aspal, gang sempit, dan got yang tidak sedap.

Tinggal di kota tanpa banyak pemandangan sawah menyisakan kenangan yang tidak lagi indah. Kota dengan seabrek fasilitas modern yang lengkap memang enak. Semua tinggal klik, start, dan kick. Ruang udara pun sesak oleh BTS-BTS, pemancar WIFI, hotspot, sinyal router, siaran radio, TV, dan kabel-kabel. Di kala hujan, jalanan yang mulus berubah menjadi sungai. Di kalan jam kantor dan jam sekolah, waktu seperti karet. Perjalanan 10 menit molor menjadi 100 menit. Keheningan suasana menjadi mahal harganya. Apalagi pemandangan asri dengan pemandangan sawah nan hijau menjadi impian orang kota. Tapi syukurlah, dekat rumahku ini, beberapa petak sawah masih eksis dan padipun masih tersenyum di pagi hari kala ku pandang.

Bayangkanlah 20 tahun lagi. Seperti apakah lingkungan sekitar kita?
Masihkah anak cucu kita melihat hijaunya sawah dan padi yang melambai?
ataukah mereka hanya tahu padi dari gambarnya saja?

Oh dunia....oh dunia...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline