Lihat ke Halaman Asli

Triono

Wirausaha

60 Km Bedugul

Diperbarui: 15 November 2023   14:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Dokpri @D93

Perjalanan ini kita mulai dari tepian pantai cupel menyusuri berbagai pemandangan nan indah terutama suasana pada saat itu di seputaran tempat penyelaman Pemuteran, para wisatawan Negara-negara dari belahan Benua Asia, Australia, Afrika, Eropa, dan juga salah dua negara di Benua yang kita tahan imbang dalam sepak bolanya dihajatan besar namun usia yang sangatlah remaja U-17 Tahun, kita wajib bangga sebagai bangsa Indonesia dengan kekayaan alami sarat pemandangan yang indah sepanjang trip bersama keluarga hari ini, kita bangga menjadi bangsa yang sangat besar bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November berkat perjuangan bersama Bung Tomo dan Arek-arek Suroboyo kala itu yang sebelumnya dibuktikan dengan bulan Bung Karno, ditengahnya merupakan hari Proklamasi Kemerdekaan agustusan. Diantara Buleleng-Bedugul merupakan nampak tilas sejarah Bapak Soekarno dengan bukti leluhur Sang Proklamator Pendiri Bangsa ada di sini, bukti selanjutnya terpasang Monumen Besar Soekarno yang jadi penggugah semangat Indonesia dengan Bhineka Tunggal Ika. Optimisme  besar  sudah kita buktikan bahwa kita mampu membuat Dunia kagum dengan awal momentum pembukaan piala dunia dengan syair ''no comment, Rungkad plus We Are Together di laga Dunia, We Are Together di Indonesia'' haya-haya-ho-haya-haya-ho-haya perpaduan lagu dengan tiga bahasa yang menyatu dari Garuda Nusantara untuk dunia. Setengah laju dengan 60 KM geliat ekonomi mulai kembali pulih dipesisir pantai gerogak berjejer jajanan bakso dan ikan bakar yang membuat nafsu makan disiang hari tergugah setelahnya rehat sejenak di sebrang Banjar Jawa ada yang membuat tombo kangen menu soto lamongan sebutane LA ternyata terselip juga bebek goreng bakar. 

Dengan suasana sedikit panas kami bergeser sedikit menghampiri bapak yang menawarkan makananan sebelum beliau memulainya sama persis dengan kondisi adat istiadat di kampoeng halaman kami Sidoarjo dan mengajarkan sekaligus ngangsu kaweruh sejarah dan nilai-nilai kehidupan di zaman kerajaan terdahulu sampai dengan masa jayanya Gusti Ngurah Jelantik yang merupakan keturunan ke lima sampai dengan pengaruh ajaran Muslim terhadap kehidupan raja Hindu yang sangat toleran satu sama lain, kami bersyukur berjumpa dengan Beliau yang merupakan pelaku sejarah dan ada di bagian dalam kehidupan Puri tersebut, maturnuwun nggih Bapak, semoga kita bisa bertemu lagi dengan cerita-cerita peninggalan jejak penyebar agama yang salah satunya dibuktikan adannya makam Karang Rumpit yang biasa warga menyebutnya, lokasi tersebut sangat dekat dengan tempat biasa anak-anak keluarga kami berenang pada akhir pekan. Puncaknya setelah satu jam dengan ke elokan kanan- kiri ditanjakan gunung dengan jalan berkelok-kelok terkadang sama dengan huruf U dan S ''oops'' ingat dan jangan lupa hati-hati harus kurang dari 60 Km/jam ya di samping kanan nampak dikejauhan Danau Tamblingan, Danau Buyan dan kiri pandangan mata tertuju terpusat ke arah titik nol Danau Bedugul Ulun Danu Beratan Bali Indonesia. Semoga bermanfaat dan menjadikan koleksi tujuan kita semua para pembaca Kompasiana. Salam sehat selalu, Mari Jo, harapan kita semoga ketemu di cerita trip lanjutan ini sampai jumpa ''ke-mBALI''




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline