Dan ditinggikanlah mereka yang rendah hati - sebuah catatan untuk Jokowi
By subbhan a
"Aku rapopo", kata Jokowi.
Kontan ucapan ini menjadi trending topik, ada yg memandang positif, tetapi lebih banyak yg mencibir.
Ucapan itu muncul karena banyaknya kampanye hitam yg menerpa jokowi.
Ada yang bilang jokowi tidak mampu memimpin, memimpin solo dan jakarta aja gagal, apalagi memiliki Indonesia.
Tapi bagi saya, ucapan tersebut adalah refleksi kerendah hatian jokowi.
Tidak mudah untuk bersikap rendah justru ketika anda mampu bersikap sombong.
Menurut saya, Jokowi pantas untuk sombong. Dia terpilih sebagai walikota terbaik nomer 3 didunia versi worldmayor.com.
Dia juga sukses menjadi gubernur yang dicintai rakyatnya.
Dan kini, jokowi menjadi kandidat terkuat untuk menjadi pemimpin tertinggi negara Indonesia.
Tapi Jokowi memilih berkata "aku rapopo" daripada membalas ucapan-ucapan yg merendahkannya.
Saya setuju dengan pilihan sikap Jokowi ini.
Rendah hati adalah jalannya para Nabi, jalannya pemimpin para wali. Hanya pendekar yg berhati teguh yang mampu manapak maqom rendah hati.
Suatu ketika Tuhan berfirman kepada gunung-gunung bahwa Dia akan berkenan mengajak bercakap-cakap dengan Nabi Musa diatas sebuah gunung.
Maka setiap gunung dibumi berusaha meninggikan dirinya dan menyombongkan kebesarannya.
Tapi ada sebuah gunung kecil di mesir, bukit lebih tepatnya, justru merasa rendah hati. Alih-alih, berharap menjadi tempat pertemuan agung tsb, gunung tsb malah merintih: "aku terlalu kecil, apakah sudi yang Maha Agung bercakap-cakap dengan utusanNya diatasku?"
Maka turunlah kasing sayang Tuhan. Tuhan berkenan berbicara dengan NabiNya diatas bukit tersebut. Kelak, bukit tersebut disebut Thursina yg artinya tawadhu.
Bayazid busthomi, adalah sufi besar. Beliau berkhalwat dipadang pasir selama 20 tahun menempuh berbagai macam kesukaran hanya dengan tujuan mendidik hatinya. Ketika kembali ke masyarakat utk mengabdi, beliau melihat hatinya, ternyata hatinya masih terselip perasaan sombong. Kontan Bayazid kembali ke padang pasir berkhlawat selama 20 tahun lagi.
Al-Hallaj, sufi musafir, harus berkeliling separuh dunia, dari irak , persia, china, eropa tengah, syam dan kembali ke irak. Butuh 20 tahun bagi al-Hallaj hanya untuk mendidik hatinya agar rendah hati.
Nabi Musa as, diperintahkan oleh Tuhan untuk membawa makhluk yg lebih baik dari dirinya. Musa kebingungan. Akhirnya Musa as memutuskan membawa anjing kurap dan berfikir, aku lebih dari dia.
Ditengah jalan, Musa as mengurungkan niatnya karena merasa ada nilai nilai kebaikan yg dimiliki anjing tsb dan melepas anjing tsb. Datang seorang diri menghadap Tuhan, Musa berkata :"Wahai Tuhanku, aku gagal memenuhi perintahmu."
Tuhan menjawab:"Wahai Musa, sekiranya kau bawa anjing itu bersamamu utk menghadap kepada Ku, akan kucoret namamu dari daftar kenabian-Ku".
Musa justru ditinggikan Tuhan yang Maha Pemurah karena kerendah hatiannya. Tak heran, dia menjadi Nabi yang dipilih sebagai teman berbicara.
Rendah hati adalah pakaian para Nabi.
Dan kesombongan adalah pakaian musuh Ilahi.
Dan didunia yan serba materialistis seperti sekarang, sangat sukar bagi saya untuk menemui orang yg rendah hati.
Terlebih jika sikap rendah hati itu dimiliki seorang calon presiden.
Sebagaimana Thursina yang ditinggikan Tuhan karena sikap rendah hatinya, saya berdoa, Jokowi akan ditinggikan Tuhan karena sikap rendah hatinya.
Karena Jokowi adalah kita. Indonesia hebat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H