Lihat ke Halaman Asli

Subarkah

Freelance

Tagar #Desperate, Strategi Baru Atau Tanda Putus Asa

Diperbarui: 12 Oktober 2024   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

stock.adobe.com

Di tengah ketidakpastian ekonomi dan tingginya tuntutan kompetensi, masuk ke pasar kerja menjadi tantangan yang berat. Salah satu fenomena baru yang muncul di kalangan pencari kerja adalah penggunaan tagar #Desperate di profil LinkedIn mereka---langkah yang mencerminkan keputusasaan sekaligus usaha terakhir untuk menarik perhatian perekrut.

Fenomena ini memunculkan sejumlah pertanyaan: apakah sulitnya mendapatkan pekerjaan kini semakin nyata? Apa yang melatarbelakangi penggunaan tagar ini? Dan yang lebih penting, apakah langkah ini efektif? Mari kita telaah lebih lanjut untuk mencari jawaban dan solusi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa mendapatkan pekerjaan saat ini lebih menantang dibandingkan beberapa dekade lalu. Banyak faktor yang memengaruhi hal ini, mulai dari kemajuan teknologi yang menggantikan banyak pekerjaan manusia hingga kondisi ekonomi global yang tidak stabil. Bagi pekerja muda, persaingan sangat ketat, bahkan untuk posisi entry-level.

Pandemi juga memperburuk situasi, menyebabkan banyak perusahaan mengurangi tenaga kerja atau membatasi perekrutan. Hal ini membuat peluang semakin terbatas, dan para pencari kerja bersaing dengan kandidat yang lebih berpengalaman. Namun, ada faktor lain yang juga menjadi penghambat: ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki pencari kerja dan yang dibutuhkan perusahaan. Sementara pendidikan formal masih dianggap penting, dunia kerja saat ini lebih mengutamakan keterampilan praktis dan kemampuan adaptasi yang cepat.

Dalam menghadapi situasi yang semakin sulit, beberapa pencari kerja muda merasa perlu melakukan sesuatu yang berbeda untuk menonjol. Salah satu cara yang mereka pilih adalah dengan menambahkan tagar #Desperate di profil LinkedIn. Mereka berharap langkah ini dapat menunjukkan kejujuran mengenai situasi mereka, dan mungkin akan memicu simpati atau menarik perhatian perekrut.

Namun, apakah langkah ini benar-benar efektif? Di satu sisi, tagar tersebut mungkin mengundang perhatian perekrut yang menghargai keterbukaan dan keberanian. Dalam lingkungan yang kompetitif, di mana banyak profil LinkedIn terlihat penuh prestasi tanpa memperlihatkan sisi manusiawi, transparansi bisa menjadi daya tarik tersendiri. Perekrut mungkin melihat bahwa seseorang yang berjuang keras memiliki etos kerja yang kuat dan komitmen tinggi.

Namun, di sisi lain, ada potensi risiko. Dunia kerja yang kompetitif lebih mengapresiasi sikap percaya diri, ketangguhan, dan optimisme. Menunjukkan keputusasaan di ruang profesional bisa menimbulkan persepsi negatif---bahwa si pencari kerja kurang percaya diri atau tidak mampu menemukan solusi dalam situasi sulit. Hal ini dapat menurunkan daya tarik mereka di mata perekrut.

Bahkan, dalam budaya profesional, keputusasaan seringkali dianggap sebagai tanda kelemahan. Daripada memotivasi perekrut untuk membantu, tagar ini bisa membuat mereka mempertanyakan kompetensi atau stabilitas emosional si pencari kerja. Oleh karena itu, penggunaan tagar #Desperate harus dipikirkan matang-matang, terutama jika kita ingin menjaga citra profesional yang solid dan menarik di mata perusahaan.

Alih-alih menunjukkan keputusasaan, pendekatan yang lebih efektif untuk menarik perhatian perekrut adalah dengan menonjolkan nilai yang kita tawarkan. Perekrut cenderung tertarik pada kandidat yang mampu memberikan solusi, berinovasi, atau memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan perusahaan. Oleh karena itu, lebih baik fokus pada memperkuat profil secara positif daripada menekankan kesulitan yang sedang dihadapi.

Memperbarui profil LinkedIn secara proaktif dan strategis bisa menjadi salah satu langkah yang lebih efektif. Menambahkan kursus online yang baru diselesaikan, portofolio proyek terbaru, atau tulisan yang relevan dengan industri dapat menunjukkan bahwa kita tetap berusaha berkembang di tengah kesulitan. Langkah ini tidak hanya mencerminkan ketangguhan, tetapi juga inisiatif dan adaptabilitas, yang merupakan kualitas yang sangat dicari perusahaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline