Lihat ke Halaman Asli

Subarkah

Freelance

Menjelajahi Pesona Pasar Tradisional Kuliner Wisata dan Transformasi

Diperbarui: 19 Agustus 2024   04:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.goodnewsfromindonesia.id

Bayangkan langkah pertama kita di atas tanah yang kaya sejarah. Udara pagi mengalir lembut, membawa aroma rempah-rempah dan panggangan dari warung-warung kecil di sekitar. Di antara riuhnya aktivitas pagi itu, ada cerita yang tersimpan, mengundang kita untuk mendekat dan menyelami lebih dalam. Pernahkah terpikir bahwa pasar tradisional di sekitarmu bisa menjadi lebih dari sekadar tempat berbelanja?

"Tahu nggak, kemarin aku main ke Pasar Senen, dan ternyata bukan hanya soal belanja murah. Tempat itu kayak hidup! Di sana, ada warung kecil yang jual jajanan khas Betawi yang bikin kangen," ungkap Diman sambil memperlihatkan foto-foto dari ponselnya.

Pasar tradisional yang dulu mungkin terkesan biasa saja, kini telah bertransformasi menjadi tempat yang layak diabadikan dalam setiap jepretan. Dinding-dinding yang dulunya lusuh kini dihiasi mural-mural cantik, menggambarkan cerita-cerita lokal yang penuh warna. Lorong-lorong sempitnya kini diterangi lampu-lampu hias, menciptakan suasana hangat dan ramah bagi siapa saja yang berkunjung.

Pasar-pasar seperti Pasar Senen ini tak hanya berfungsi sebagai tempat jual beli, tetapi juga menjadi ruang berkumpulnya berbagai elemen budaya dan komunitas. Menyusuri lorong demi lorong, kita akan menemukan beragam kuliner khas yang jarang ditemui di tempat lain. Misalnya, di sudut pasar, ada penjaja kerak telor dengan resep turun-temurun yang sudah ada sejak zaman nenek moyang kita.

"Aku sampai nggak bisa berhenti makan, kayak nostalgia ke masa kecil. Kuliner di pasar ini tuh bukan cuma soal rasa, tapi juga sejarah dan kenangan," tambah Diman lagi, senyumnya memanjang, menunjukkan betapa dalam pengalaman itu tertanam di hatinya.

Pasar tradisional memang selalu menyimpan cerita, terutama melalui kuliner khasnya. Dari semangkuk soto Betawi yang kental dan gurih hingga semerbak wangi rempah dari sate kambing muda, setiap gigitan membawa kita pada perjalanan waktu yang tak terlupakan.

"Di Pasar Cihapit Bandung, ada penjual kue serabi yang udah jualan dari zaman kakek nenek gue masih muda," cerita Sinta dengan mata berbinar. "Rasa serabinya nggak berubah dari dulu, cuma sekarang mereka mulai tampil lebih modern, ada topping-topping baru kayak keju sama cokelat, tapi tetap pakai adonan tradisional."

Menikmati kuliner di pasar tradisional bukan sekadar memuaskan selera. Setiap suapan membawa kita kembali ke masa-masa kebersamaan dengan keluarga, mengingatkan kita pada kenangan manis di masa kecil. Sambil mencicipi hidangan yang sama dari tangan nenek, hati kita pun terhubung dengan akar-akar sejarah keluarga dan budaya.

Namun, bukan hanya tentang nostalgia. Kuliner di pasar tradisional juga menjadi simbol keberagaman dan adaptasi. Dalam satu pasar, berbagai cita rasa dari berbagai daerah berbaur, menciptakan sebuah mosaik budaya yang kaya dan menggugah selera.

"Aku suka banget foto-foto di Pasar Santa. Tempatnya Instagramable abis! Ada kios-kios kecil dengan desain unik dan mural-mural yang bikin suasana makin asik," ujar Sabrina sambil menunjukkan beberapa foto hasil jepretannya.

Pasar Santa di Jakarta adalah contoh nyata bagaimana pasar tradisional dapat bertransformasi menjadi tempat wisata modern tanpa kehilangan akar tradisionalnya. Dengan sentuhan seni kontemporer, kios-kios kecil di Pasar Santa menawarkan berbagai produk mulai dari fashion vintage hingga kafe dengan racikan kopi lokal. Bahkan ada galeri mini yang menampilkan karya seniman muda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline