[caption id="attachment_190468" align="alignleft" width="300" caption="cut tari (kompas.com)"][/caption] Ketika membaca berita tentang kondisi kesehatan ibunda Cut Tari di Kompas (10/7), tiba-tiba jari saya 'gatal' dan ingin cepat-cepat membuat tulisan tentang Cut Tari. Padahal, sejak kasus video porno mirip Cut Tari marak di beritakan di berbagai media, saya tak tertarik menulis tentang Cut Tari. Rasanya saya cukup sadar diri. Selain tidak memiliki kompetensi ilmiah di bidang hukum, saya juga tidak cukup kompeten mengulas kasus itu dari aspek teknologi. Entah mengapa, kali ini saya sulit membendung hasrat untuk menulis tentang Cut Tari. Padahal, terus terang saya akui, saya memang sudah cukup lama kenal Cut Tari. Artis cantik asal Aceh itu saya kenal karena sering menjadi host program infotainment sebuah televisi swasta. Namun hingga kini, saya yakin, Cut Tari tak kenal saya. Maklum, dia artis ibukota, sedangkan saya hanya orang biasa. Apakah saya hanya kenal Cut Tari lewat televisi? Jawabnya : tidak! Saya pernah melihat secara langsung Cut Tari sedang mengisi sebuah acara di salah satu Studio TV tempat kerja saya di Kebon Jeruk. Saya melihat langsung kecantikan fisik Cut Tari hanya beberapa menit karena sambil lewat. Meski tak mengenakan busana muslimah layaknya gadis asal Aceh, melihat penampilanya sepintas, saya memiliki kesan penampilan Cut Tari cukup sopan layaknya gadis yang shalehah. Apakah ini kesimpulan yang berlebihan? Saya rasa tidak. Untuk urusan pekerjaan seperti shoting di studio TV saja, Cut Tari nampak di'kawal' ibunda tercinta, Ny Tengku Joeransyah Mudadalam. Dengan mengenakan busana muslimah, ibunda Cut Tari nampak setia mendampingi anak gadis kesayangannya selama shoting. Saya yakin, pendampingan seperti ini juga dilakukan ketika sang bunda ketika Cut Tari shoting di tempat lain. Dari pengamatan sepintas itu, saya juga berkesimpulan bahwa Cut Tari memiliki jalinan kasih sayang yang mesra dan hangat dengan ibundanya. Sang ibu juga nampak ingin selalu menjaga kesucian anak gadis kesayangannya, mengingat dunia artis adalah dunia yang penuh dengan aneka macam godaan. Meski berprofesi sebagai artis, jatidiri sebagai wanita muslimah yang sholehah harus terus terjaga. Itulah kesan pengalaman saya bertemu fisik beberapa menit dengan artis Cut Tari. Oleh karena itu, saya kembali teringat kenangan singkat itu, ketika membaca berita ibunda Cut Tari sakit. Sang bunda merasa terpukul karena anak kesayangannya diterpa kasus skandal video porno bersama Ariel Peterpen. Kasus ini masih dalam proses hukum dan Cut Tari bisa saja terlibat dan bisa tidak. Kita tunggu proses hukum di pengadilan. Seandainya, dan sekali lagi seandainya, Cut Tari memang benar salah satu aktor dalam video mesum itu, saya memiliki sejumlah pandangan tersendiri akan kasus ini yang mudah-mudahan bisa kita jadikan bahan renungan. Pertama, ternyata usaha orang tua untuk melindungi anak kesayangannya dari pergaulan bebas, tidak cukup hanya memberi perlindungan fisik. Ya seperti dicontohkan ibunda Cut Tari yang selalu menemani anaknya di berbagai tempat shoting itu. Pagar yang lebih utama, menurut saya, adalah bekal agama sehingga sang anak akan selalu mampu mebentengi dirinya sendiri meski secara fisik tidak selalu bersama orang tua. Mungkin ada yang menilai ini kesimpulan klasik dan kuno, tapi masih layak bahkan sangat penting untuk kita laksanakan. Kedua, seandainya Cut Tari terlibat sebagai salah satu aktor di video mesum itu, perbuatan itu pasti dilakukan atas kesadaran penuh. Bukan perbuatan yang dilakukan diluar kesadaran. Oleh karena itu, sebagai orang yang sudah dewasa dan layak dimintai pertanggungjawaban, yakinlah bahwa Cut Tari sejak awal sudah selalu siap untuk menerima segara resiko yang diperbuatnya. Ketiga, sebagai orang dewasa yang pernah mengalami masa muda, saya yakin diantara kita tidak sedikit yang pernah memiliki pengalaman pergaulan ”kebablasan”. Tidak harus hubungan intim di luar nikah. Berpacaran pasangan muda-mudi yang umumnya dilakukan remaja Indonesia, dalam batas-batas tertentu, jelas sudah termasuk ”kebablasan”. Oleh karena itu, tidak selayaknya kita terus menerus membenci Cut Tari Cs yang belum tentu bersalah. Sebaiknya kasus ini sama-sama kita jadikan bahan introspeksi untuk lebih mawas diri dalam menjaga diri dan keluarga. Akhirnya, mari kita do’akan Cut Tari Cs mampu menghadapi cobaan ini dan kalau memang terbukti bersalah agar segera bertobat. Manusia yang baik bukan manusia yang tidak pernah berbuat kesalahan. Manusia yang baik adalah manusia yang kalau berbuat salah langsung menyadari kesalahannya dan langsung bertaubat. Taubat yang sesungguhnya tidak cukup dilakukan dalam hati dan lisan tapi juga harus diikuti dengan perbuatan untuk tidak lagi mengulang kesalahan yang pernah di perbuat. . Semoga pandangan singkat ini bisa meringankan beban Cut Tari Cs dan mari kita do’akan semoga ibunda Cut Tari lekas sembuh. Amin. Salam hangat dan tetap semangat Imam Subari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H