Analisis_ opini_ Berantas_ ddf- Mas mentri Nadim makarim melirik Pola Pembelejaran dan kurikulum terbaru , yang masih di godong Dirjen dan Irjen , kecenderungan itu ternyata Beliau lebih tertarik pada pola dan model pendidikan barat dan Eropa terutama Findland, padahal saya tau sekarang Belgia lebih menarik dari Findland soal pendidikan khususnya yang berkaitan dengan subsidi pendidikan.Fakta membuktikan bahwa sekolah di Belgia sejak tahun 1958 telah berani membuat undang2 yang mengakui dua jenis dasar pendidikan :
sekolah dalam penyediaan pendidikan dasar dan menengah, berupa sekolah resmi yang diselenggarakan oleh badan-badan negara, dan kedua adalah sekolah gratis meskipun dari mereka ebih banyak dibeayai oleh fondation gereja katolik. Beda dengan negara kita, alih-alih mau mengenterpreneurkan pendidikan, fundation yang seharusnya ikut serta membantu pemerintah membiayai sekolah gratis, malah di support negara dengan bantuan dari APBN setiap tahunnya. Di Belgia juga orang tua diberikan kebebasan penuh untuk memilih jenis sekolah untuk anak-anak mereka. Selain itu, negara diharuskan menyediakan jumlah sekolah yang cukup dari kedua jenis sekolah itu baik dalam pertimbangan jarak tempuh rumah dan sekolah yang disesuaikan dengan angkutan seperti komuter, yang secara langsung disediakan oleh sekolah resmi, subsidi untuk sekolah gratis, atau penyediaan bus sekolah gratis pula.
sekolah yang menerima subsidi negara tidak dapat membebankan biaya sekolah; atau memerlukan biaya tambahan untuk buku buku pelajaran. Hal ini di atur ketat oleh Undang-undang mereka yang dibuat sejak tahun 1959, yang mengharuskan sekolah dasar sampai sekolah menengah resmi menyediakan dua jam penuh khusus pelajaran agama dan moral setiap minggunya. Di negeri +62 agama di jadikan momok, sok Pancasilais bahkan hendak membuang mapel agama dari kurikulum yang dianggap sebagai perusak toleransi.
artikel Van Devender berjudul "Hutang Kehormatan dalam Bidang Pendidikan " di sebuah majalah yang terbaca di perpustakaan daerah saat saya sekolah, Di situ saya menemukan sebuah catatan yang teringat sampe sekarang soal Gagasan yang dikenal dengan politik etika. Van Devender menganjurkan program untuk memajukan kesejahteraan rakyat dengan memperbaiki pertanian agar dapat memprodusi pertanian dan juga pendidikan bagi anak negeri, ternyata hanya isapan jempol belaka.
Hutang Kehormatan demikian dalam majalah De Gids. ia mengemukakan tentang keuntungan yang diperoleh oleh Indonesia pada saat itu, kemudian berdirilah Budi Utomo pada tahun 1908, dan film politik yang dibuat pertama kali oleh pemerintah di Indonesia sebagai propaganda yang di beayai oleh kapitalis Barat saat tahun 1919. Pada tahun 1918 muncullah volksraad yang merupakan saluran bagi orang Indonesia untuk meminta pendapatnya secara terbuka terutama yang berkenaan dengan politik hutang kehormatan melalui Sistem persekolahan pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, yang didukung sistem pendidikan khusus yaitu sistem persekolahan yang berbasis kepada golongan penduduk sesuai dengan kasta (kelas), atau golongan.
Pada saat itu anak-anak bangsawan lebih banyak mendapatkan mata pelajaran dan fasilitas pendidikan yang lebih banyak ketimbang rakyat biasa. Kalau rakyat biasa cuma memperoleh pendidkan tata boga, kewanitaan, maka anak-anak bangsawan sudah mendapatkan pelajaran matematika, ilmu bumi, sejarah, fisika, bahasa asing, Biology . Saat itulah tokoh-Tokoh dan ulama Pendahulu kita yang sekarang ini menjadi Maskot dan Pimpinan besar di beberapa organisasi Kemasyarakatan dan keagamaan seperti pada Muhamadiyah dan NU, merekalah yang dengan tekun mengajarkan rakyat jelata pendidikan agama, budi pekerti, matematika, mantiq atau logika bahkan sejarah. Sama dengan anak2 bangsawan.
Pendidikan adalah sinergi antara individu dan lingkungannya, bawaan dan yang diperolehnya, atau bahasa kerennya sinergi antara filogeni dan ontogeni. Adalah kajian mengenai hubungan di antara kelompok-kelompok yang mendukung proses diskusi yang dipertimbangkan faktor faktor lain yang mendasarinya. Istilah "filogeni" dipinjam dari bahasa Belanda, fylogenie, yang berasal dari gabungan kata bahasa Yunani Kuno yang berarti asal-usul suku, ras sedangkan ontogeni dijelaskan sebagai bentuk embrio dari penelitian moyang evolusionernya. Anak-anak dilahirkan dengan hak yang sama, mengapa harus ada yg berkesempatan belajar dan ada yang harus membayar dengan Pajak pendidikan ? Anak - anak bangsa adalah cadangan yang sangat besar dari jiwa dan struktur peradaban bangsanya sendiri. Mereka adalah kunci untuk pertumbuhan, perubahan dan harapan negeri ini. Dengan pendidikan mereka dapat memimpin negeri ini ke arah yang menguntungkan. Menguntungkan secara dinamis, bukan menguntungkan bagi elit -elit oligarch yang di jaman penjajahan hanya sebuah jargonkah .
Sholihul hadi , wartawan Jurnalis , Alumni IAIN Sunan kaolijaga jurusan filsafat Timur , Lulus 1991
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H