Lihat ke Halaman Asli

Subagiyo Rachmat

◇ Menulis untuk kebaikan (titik!)

Bagaimana Efek Buruk Korupsi dan Politik Ketergantungan Menggerogoti Imunitas Perekonomian Kita

Diperbarui: 12 Agustus 2020   01:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

(Pandangan awam tentang Krisis Ekonomi)

Ditengah pandemi covid-19 yang melanda dunia disertai pergerakan ekonomi dunia yang melambat dan mengalami kontraksi tajam, kini issue terjadinya krisis ekonomi, resesi bahkan mengarah pada keadaan depresi global begitu menguat. Indonesia sendiri pada kuartal II-2020 mengalami pertumbuhan negatif -5,32%, terburuk sejak kuartal I-1999 -6,13%.

Diantara Negara Asia Tenggara, Singapura dan Filipina mengalami keadaan lebih buruk dengan pertumbuhan minus pada kuartal II 2020, Singapura minus 41.2% dan Filipina minus 16.5%, juga banyak negara lain di dunia mengalami kontraksi ekonomi yang buruk, seperti Korea Selatan, Hong Kong, Amerika Serikat, Spanyol, Jerman, Prancis, Italia- tentu dengan analisis secara detail tentang kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing negara. 

Singapura misalnya, sebuah negara  kecil berpenduduk sekitar 6 juta, perekonomian negara sangat bergantung pada negara-negara lain melalui sector jasa, perdagangan dan Pariwisata- Singapura menjadi pusat global supply chain dan menjadi negara penghubung (hub) pada sektor penerbangan dan jasa keuangan-sehingga dengan adanya pandemi covid-19 yang melanda dunia, perekonomian Singapura mengalami kontraksi tajam bahkan konon terburuk sejak 1965.

Politik Pangan dan Kemandirian
Indonesia sebenarnya mempunyai kekuatan ekonomi alami yang bisa menjadi basic dan landasan pacu dalam pembangunan ekonomi nasional - seperti jumlah penduduk yang besar, kekayaan berbagai sumber alam, potensi-potensi pariwisata berbasis alam, potensi kelautan dan Pertanian dengan iklim tropis-nya-namun dalam perkembangannya semua kekauatan ekonomi alami tersebut kurang dikelola dengan baik sehingga tidak menjadikannya sebagai basic kekuatan ekonomi nasional yang tangguh. 

Integritas dan komitmen kita akan kemandirian bangsa juga kurang menjadi spirit dan pedoman dalam menentukan arah kebijakan pembangunan, sehingga menjadikannya bangsa ini seperti bangsa yang seperti hilang rasa kesabarannya untuk membangun sector hulu, utamanya di sector pangan dan pertanian kemudian terkoneksi dengan industry hilirnya yang juga kita bangun yang disupport oleh industry hulu dari kita sendiri.

Pangan adalah kebutuhan dasar rakyat, mestinya untuk urusan kemandirian pangan, negara mesti menjadikannya sebagai salah satu pilar utama dalam kebijakan politik pembangunan ekonomi-sebagai politik pangan untuk rakyat dengan strategi “Indonesia incorporated”. 

Ketergantungan kepada impor menjadikan bangsa ini terlena akan kemandirian, di samping juga boros devisa. Jika terlambat kita membangun sector hulu dalam industry pangan, jangan-jangan kita akan menjadi bangsa terbelenggu untuk selalu “terpaksa” impor, karena membangun sector hulu-hilir sector pangan dalam Indonesia incorporated butuh strategi dan kesabaran-tidak bisa instant. Beras, kedelai, gula, jagung,garam, susu sapi (milk skim), dan sebagainya.   

Korupsi.
Kofi A. Annan, mantan Sekjen PBB menggambarkan dampak korupsi sebagai berikut (UN, 2004):“Korupsi ibarat penyakit menular yang menjalar pelan namun mematikan, menciptakan kerusakan yang sangat luas di masyarakat. 

Korupsi merusak demokrasi dan supremasi hukum, mendorong pelanggaran terhadap hak azasi manusia, mendistorsi perekonomian, menurunkan kualitas kehidupan dan memungkinkan organisasi criminal, terorisme dan berbagai ancaman terhadap keamanan untuk berkembang” (cegahkorupsi.wg.ugm.ac.id)

Seorang ahli ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Rimawan Pradiptyo menyebut, berdasar data yang dimiliki UGM hingga 2015, kerugian negara akibat korupsi di Indonesia sebesar Rp 203,9 triliun. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline