Lihat ke Halaman Asli

Anyaman Anggrek Serat dari Kab. Konawe Sulawesi Tenggara

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14149831141210210628

Dendrobium utile atau Diplocaulobium utile adalah nama lain dari flora anggrek serat yang banyak tumbuh di pedalaman Sulawesi hingga Papua. Tanaman ini termasuk ke dalam jenis tanaman epifit, yaitu tanaman yang hidup menumpang pada tanaman lain yang sudah tua namun tidak menjadi parasit. Tanaman ini juga dapat dijadikan sebagai tanaman hias dan dipelihara dalam pot. Ciri khas lain dari flora ini adalah biasanya memiliki umur yang tergolong pendek dan sulit hidup di tempat yang bukan merupakan habitat aslinya. Dapat dikembangbiakkan baik secara vegetatif, melalui kultur jaringan dengan membelah-belah rumpunnya yang nantinya akan menghasilkan akar sendiri dan menjadi tanaman mandiri, juga secara generatif, menggunakan biji yang dihasilkan dari proses penyerbukan.

Anggrek serat merupakan salah satu flora identitas Provinsi Sulawesi Tenggara, dikenal dengan nama lokal anomi, anemi, atau alemi. Selain memiliki bunga, anggrek serat ini memiliki umbi semu yang mengkilat, dan sangat menarik. Berwarna hijau kekuning-kuningan, tumbuh merumpun dengan rimpang berruas pendek, langsing, dan memanjang agak pipih serta mengeras dan menyempit ke bagian ujungnya. Pada ujung umbi semunya terdapat daun yang berbentuk menyerupai lanset. Sesuai dengan namanya, anggrek serat ini memang memiliki kandungan serat yang banyak yang terdapat pada sepanjang umbi semunya. Serat inilah yang dimanfaatkan oleh penduduk setempat, khususnya di Kab. Konawe di dalam membuat berbagai jenis kerajinan tradisional yang bernilai jual tinggi. Untuk mendapatkan serat dari umbi semu tanaman ini haruslah dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti sekali. Pertama-tama umbi semunya dibelah-belah secara memanjang dan dipipihkan. Selesai dipipihkan, pita-pita serat basah yang diperoleh dililitkan pada sebatang balok kayu bulat lalu dijemur. Setelah pita serat menjadi kering, kita mendapatkan bahan anyaman yang halus, mengkilat, dan berwarna kuning keemasan. Bahan anyaman ini dapat diwarnai sesuai selera dan siap diolah menjadi beragam jenis kerajinan khas seperti dompet, tempat rokok, tikar, alas kalosara (benda yang terbuat dari rotan dan dikultuskan oleh masyarakat Sulawesi Tenggara), atau barang kerajinan lainnya.

Saat kami menemui beberapa orang warga yang sedang membuat kerajinan khas ini, kami cukup tercengang mendapati para pembuatnya hanyalah orang-orang yang sudah cukup tua. Mereka cukup terampil dalam membuat pola dan menganyamnya satu persatu, meskipun pola yang dibuat tersebut tidak terlalu beragam. Tidak ada anak-anak muda yang ikut membuat kerajinan ini, bahkan tour guide kami pun, yang kira-kira telah berumur di atas 40 tahun mengakui tidak mengetahui sama sekali cara membuat kerajinan anyaman tersebut.

Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi

Dikarenakan teksturnya yang halus dan mengkilat, dan juga semakin sulitnya mendapatkan bahan baku anggrek serat menjadi faktor penyebab mahalnya jenis kerajinan ini. Tempat rokok yang hanya memuat satu bungkus rokok saja dihargai Rp150,000.00, sedangkan sebuah tikar kecil sebesar alas sholat umat muslim ditawarkan dengan harga satu juta rupiah. Salah satu keunikan dari proses mencari anggrek serat ini adalah sangat bergantung dari keberuntungan seseorang. Terkadang dapat ditemukan dengan mudah, namun tak jarang akan terasa sangat sulit menemukannya meskipun telah jauh mencari dalam hutan. Dan karena sulitnya mendapatkan bahan baku dari anggrek ini, maka di dalam membuat suatu kerajinan tangan, masyarakat tidak terpaku dalam satu bahan saja, namun juga menambahkan beberapa bahan lain seperti kain dan bambu serta dibantu pula dengan penggunaan mesin jahit. Namun tentu saja, harga yang disodorkan menjadi jauh lebih murah dibandingkan dengan anyaman yang terbuat dari anggrek serat secara keseluruhan.

Populasi anggrek ini terus menurun setiap tahunnya dikarenakan pemanfaatan produksi kerajinan yang berlebihan dan kurangnya kesadaran masyarakat setempat untuk melakukan pembudidayaan yang seimbang. Selain itu, penebangan pohon dan pembukaan lahan hutan semakin mempersempit ruang dari habitat asli tanaman tersebut. Melihat potensinya, sudah selayaknya tanaman anggrek serat ini terus dikembangbiakkan demi kelangsungan keanekaragaman hayati dan konsumsi kebutuhan manusia itu sendiri.

Referensi:

http://id.wikipedia.org/wiki/Anggrek_serat

http://alamendah.org/2012/02/20/anggrek-serat-flora-maskot-sulawesi-tenggara/

http://anggrek.org/potensi-anggrek-sebagai-sumber-bahan-baku-serat-kerajinan-tangan.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline