Radheya, pemimpin pasukan
Hari kelima belas perang Bharata yudha telah berakhir dengan penuh kekacauan di pihak Kaurava. Duryodhana berkumpul dengan pengikutnya untuk merundingkan pemimpin pasukan untuk hari keenam belas.
Asvatthama yang bijaksana berkata, ”kita membutuhkan orang yang menyayangimu, yang mampu, cerdas dan juga kuat. Jika Radheya menjadi pemimpim pasukan, kami yakin kita akan memperoleh kemenangan. Radheya tak terkalahkan”.
Duryodhana sangat senang mendengar saran Asvatthama. Ia melihat ke arah Radheya dan memintanya menjadi pemimpin pasukan pada hari keenam belas. Radheya sangat senang mendapat kehormatan tersebut. Pada akhirnya ia dapat membayar semua cinta dan rasa terima kasih yang selama ini ia terima dari Duryodhana. Duryodhana mengangkatnya menjadi pemimpin dan secara sah Radheya menjadi pemimpin pasukan yang ketiga dalam pasukan Kaurava.
Hari keenam belas telah tiba. Radheya memimpin pasukan dengan sangat gagah. Ia menyusun pasukannya dalam Makara vyuha. Melihat susunan pasukan Kaurava dengan Radheya sebagai pemimpinnya, Yudhisthira menyadari bahwa pasukan Kaurava telah banyak berkurang. Arjuna menyusun pasukannya dengan formasi bulan sabit. Terompet dan genderangperang mengeluarkan suara dan kedua pasukan mulai berperang.
Sebuah pertarungan yang paling menarik adalah pertarungan Radheya dengan Nakula. Keduanya bertarung dan ingin saling menghancurkan. Perang terjadi dalam waktu yang sangat lama. Nakula dalam waktu yang sangat cepat kehilangan busurnya, kuda-kudanya, kusirnya. Nakula berdiri di tanah. Radheya tertawa dengan tawa yang menantang. Nakula pergi dari hadapan Radheya karena tidak tahan dengan tawanya itu. Namun Radheya tidak melepaskannya begitu saja. Nakula tertangkap dari belakang oleh busur Radheya. Radheya tersenyum dengan kejam padanya. Radheya tersenyum sekali lagi dan melepaskan Nakula setelah sedikit berbincang dengannya.
Nakula pergi menemui Yudhisthira. Tidak ada seorang pun yang melihat air mata Radheya. Radheya ingat bahwa Nakula adalah saudaranya dan ia tak akan membunuh Pandava manapun kecuali Arjuna.
Hari Keenam belas
Kemarahan Radheya adalah sesuatu yang mengerikan. Pasukan Pandava tidak bisa menahan panah-panahnya yang tanpa hentinya. Semuanya dibantai. Tak ada yang berani mendekati Radheya. Terjadi beberapa pertarungan yang sengit. Yuyutsu bertarung dengan Uluka, Sakuni dengan Sutasoma, Krpa dengan Dhrstadyumna. Shikandi bertarung dengan Krtavarma dan ia kalah. Krpa. Krtavarma dan Radheya ingin menghancurkan pasukan Pandava.
Arjuna menyerang Samsapta. Duryodhana bertarung dengan Yudhisthira, ia bertarung dengan sangat baik hari ini tetapi dengan mudah Yudhisthira mengalahkannya. Melihat hal itu, Radheya, Asvatthama dan Krpa segera datang membantu, pertarungan ini menjadipertarungan masal. Bhima hampir seperti Arjuna yang mangalahkan banyak sekali prajurit Kaurava. Duryodhana kembali menantang Yudhisthira karena tidak terima dirinya dipermalukan seperti itu. Peertarungan bertambah sengit, akhirnya Yudhisthira melemparkan tombaknya ke arah Duryodhana hingga tidak sadarkan diri karena luka di dadanya. Pasukan dari kedua belah pihak mulai menarik diri menjelang malam tiba.
Bersambung ke: Malam Terakhir Radheya (Salya Kusir Radheya)