SUMBER : DANIEL GOLEMAN DALAM BUKUNYA EMOTIONAL INTELLEGENCE
Ada begitu banyak berita-berita tentang lenyapnya sopan santun dan rasa aman, menyiratkan adanya sifat jahat pada manusia. Hal ini dapat dilihat adanya ledakan emosi yang tak terkendali, memang tak ada yang mampu bertahan dari gelombang ketidaktentuan kemarahan dan rasa menyesal; gelomang ini menembus sisi-sisi kehidupan kita dengan segala cara. Semakin meluasnya penyimpangan emosional terlihat pada melonjaknya angka depresi diseluruh dunia- misalnya kasus seorang pemuda 22 tahun ditemukan meninggal di dalam kamar kos di Surabaya setelah seseorang mengirim tangkapan layer yang berisi pesan terakhir korban yaitu '' 12 jam tanpa kabar tolong ke Simo Katurangan Baru no. 74''- tentu depresi bukan perasaan yang mudah dikendalikan oleh agama saja, moral saja, atau hal-hal semacamnya. Selama bertahun-tahun wilayah perasaan dalam kehidupan mental diabaikan oleh masyarakat dewasa ini, sehingga emosi merupakan wilayah yang pada umumnya tidak terjelajahi.
Pemetaan emosi menimbulkan tantangan bagi mereka penganut pandangan sempit tentang kecerdasan dengan mengatakan bahwa IQ merupakan fakta genetik yang tak mungkin diubah oleh pengalaman hidup. Faktor manakah yang lebih berperan pada dua kemungkinan kapan seseorang dengan IQ tinggi gagal dengan seseorang yang ber IQ rata-rata sukses? Menurut Daniel Goleman perbedaanya sering kali terletak pada kemampuan-kemampuan yang disebut kecerdasan emosional, yang mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta mampu untuk memotivasi diri sendiri.
Tekanan moral yang mendesak menyiratkan jalinan masyarakat yang terurai semakin cepat ketika sifat menentang diri sendiri, kekerasan dan sifat jahat tampak menggerogoti sisi baik manusia. Pentingnya kecerdasan emosional dalam masyarakat karena bertumpu pada hubungan perasaan, watak dan naluri moral. Ada begitu banyak kasus misalnya seorang pemuda 17 tahun dikroyok oleh 2 orang dewasa berujung koma, dan sang mantan pacar korban merekam aksi kekejian tersebut dengan penuh rasa bangga dan pelaku melakukan selebrasi ala pemain sepak bola terkenal, atau seorang suami yang membuang istrinya ke laut, seorang ibu membunuh dua putrinya yang masih balita, seorang ayah membanting anaknya hingga tewas karena diganggu oleh sang anak ketika sedang asik bermain mobile legend. Kasus-kasus semacam ini merupakan bukti bahwa etika dasar dalam kehidupan berasal dari kemampuan emosional yang melandasinya; benih semua dorongan hati adalah perasaan yang memunculkan diri dalam bentuk tindakan.
Kasus-kasus di atas merupakan contoh dari orang-orang yang dikuasi dorongan hati~ yang kurang memiliki kendali diri~ menderita kekurangmampuan pengendalian moral; kemampuan untuk mengendalikan dorongan hati merupakan basisi kemauan (will) dan watak (caracter). Dengan cara yang sama, akar cinta sama letaknya pada empati yaitu kemampuan membaca emosi orang lain; tanpa adanya kepekaan terhadap kebutuhan dan penderitaan orang lain, tidak akan timbul rasa kasih sayang. Apabila ada dua sikap moral yang dibutuhkan oleh zaman sekarang, sikap yang paling tepat adalah kendali diri dan kasih sayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H