Lihat ke Halaman Asli

Siprianus Bruto

Memikirkan apa yang akan aku lakukan, dan melakukan apa yang telah aku pikirkan. Pencinta Sastra

Cerita Menjelang Mimpi (1)

Diperbarui: 15 April 2021   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Dokpri.

Adalah kau yang membuatku selalu menanak rindu pada tungku cinta paling romantis.
Adalah kau yang membuat aksaraku tak pernah runtuh diterjang badai
Adalah kau yang membuat wajahku tak menemui malu meski ditelanjang oleh bibir-bibir gosip  

Adalah kau yang membuat kincir jantungku berdetak, hingga buaian aksara kububuhkan pada beranda putih tak berdosa ini

Aku tak ingin bersumpah atas nama Tuhan, atau pun atas nama mama bumi, pun semesta milik Tuhanku

Aku hanya ingin bernyanyi atas nama kejujuran, bahwa kau telah menjadi penyemangat dalam menjahit selembar baju tapak-tapak derita dan tapak-tapak cinta

"Maksudmu,
Apakah kekasihmu??
Ataukah mantanmu???
Bukan..... Bukan mereka
Mereka terlalu cantik untukku rayu
Apalagi untuk dimiliki

"Lantas siapa yang kau maksud??"
Tanya seekor cicak yang lagi mendandani tubuhnya dengan kosmetik penasaran.

Yang aku maksudkan itu adalah Kopi Pait Manggarai (Timur)
Aku sedang melukis rinduku tentangnya dan cintaku tentang cara bibir menyeruputnya

Kopi Pa'it..
Yang selalu membuatku rindu untuk mengecup bibir-bibir cangkir
Yang membuatku lebih gairah menapaki hari-hari kelam daripada malam pertama ataupun bulan madu para raja dan ratu cinta semesta fana
Yang membuatku lebih jujur daripada si Pondik dalam dongeng mama-mama Manggarai

Sekali lagi
Bukan kekasihku atau mantanku
Bukan mereka
Mereka terlalu indah untuk dicintai
Aku hanya melukis rindu tentang Kopi Pait Manggarai (Timur)
Itu saja..

Clausura, April 06-2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline