Lihat ke Halaman Asli

Siprianus Bruto

Memikirkan apa yang akan aku lakukan, dan melakukan apa yang telah aku pikirkan. Pencinta Sastra

Puan yang Berpulang

Diperbarui: 25 September 2020   09:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puan,,
Masih seumur jagung aku belajar mengagumi sosokmu
Masih terlalu dini aku belajar menerimamu dalam bungkusan tulus yang ngeri
Masih belia aku rajut cinta dalam debar yang menggebu
Namun kau memilih bergegas pulang
Saat rindu mulai ku kemas

Puan yang berpulang,,
Kujahit luka dengan benang-benang doa
Biar asa mekar pada pucuk rela saat sapamu pulang pada tuannya
Meski perih bertunas pada tubuh rapuh
Tapi raut tetap tabah merawat senyum pada sudut-sudut bibir

Puan yang berpulang,,
Cinta itu layaknya tungku api
Meski nyalanya telah padam bersama kepulangan senja
Namun hangatnya masih menjalar pada raga yang tak pernah belajar untuk letih merasa
Meski pulangmu begitu lekas, namun titik-titik senyum masih hangat di sini

Puan yang berpulang,,

Kini segala debar rindu runtuh di pelupuk mata
Ketika pisah beranjak menjelma jarak
Namun jejak-jejak kecup yang pernah melekat
Masih akan terus hangat dipeluk ingat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline