Lihat ke Halaman Asli

Siprianus Bruto

Memikirkan apa yang akan aku lakukan, dan melakukan apa yang telah aku pikirkan. Pencinta Sastra

Elegi Zaman

Diperbarui: 2 Juli 2020   07:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(Terinspirasi dari pandemi covid19)

Badai zaman memuntahkan duka
Tua muda memundak lara menjulang
Hati teriris luka yang dalam menganga
Saat kekasih terkapar mati berpulang

Gerimis hujan menyanyi meratap
Anak-anak melangkah tanpa asa
Sepoi senja membopong racun berasap
Semua yang berakal lemah tak berdaya

Sunyi dipikul benak yang gaduh
Wajah keriput menampakan sendu
Bibir mungil menggigil penuh peluh
Pertanyaan mengguncang menjelma beku

Muda-mudi menatap hampa
Benak menghadirkan banyak tanya
Kapankah berumah tangga
Kalau zaman mematikan Adam dan hawa

Nana dan enu saling menatap di dunia Maya
Merawat kasih sambil bersiaga penyakit
Jarak memisahkan rindu untuk bersua
Gelisah wabah kian menjelma sakit

Maaf tuan dan nyonya di batas kota
Dunia lagi tak ingin temu jumpa
Apalagi untuk saling mencumbui rupa
Kuburkan saja rindumu di tengah Corona

Biarkan rasa bicara tanpa kata
Sebab rindu tak harus berpaut
Pasutri enggan untuk malam bercinta
Sebab wabah menjemputmu bersama maut

 Clausura, 08 Mei 2020

*Puisi ini pernah diterbitkan di grup FB "Sahabat Pena Likurai" dan dibukukan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline