Kabupaten Kepulauan Sangihe di Sulawesi Utara, dengan 105 pulau dan sekitar 140.000 penduduk, memiliki budaya dan sejarah yang khas, menjadikannya wilayah perbatasan strategis dengan tantangan serta peluang unik di era modern. Budaya lokalnya, termasuk seni tari, musik bambu, dan tradisi seperti Masamper, mengandung kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun. Bahasa Sangihe, meski mulai terancam punah, tetap menjadi identitas kuat bagi masyarakat setempat. Keindahan alam, termasuk pantai dan terumbu karang, membuka peluang besar bagi pariwisata berbasis ekowisata.
Teknologi digital memungkinkan promosi budaya dan pariwisata Sangihe ke tingkat internasional, terutama melalui generasi muda yang aktif di media sosial. Selain itu, posisi geografis Sangihe sebagai kawasan maritim berbatasan langsung dengan Filipina, memberi potensi ekonomi besar dalam perikanan dan perdagangan. Namun, globalisasi, kurangnya infrastruktur, dan ancaman perubahan iklim menjadi tantangan serius bagi keberlanjutan budaya dan ekonomi lokal.
Untuk mengatasi tantangan ini, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan generasi muda sangat penting. Upaya yang diperlukan termasuk pengajaran bahasa daerah di sekolah, digitalisasi budaya, dan festival tahunan. Dengan inovasi dan kreativitas, masyarakat Sangihe berpotensi menjaga budaya sekaligus bersaing secara ekonomi di kancah nasional maupun internasional, menjadikan Sangihe salah satu daerah unggulan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H