Lihat ke Halaman Asli

Parangkusumo Disulap Jadi Kampung Silat

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14164651291466281671

[caption id="attachment_376797" align="aligncenter" width="576" caption="Foto : Hemi"][/caption]

Ada yang berubah di Parangkusumo, Yogyakarta dalam beberapa hari ini. Puluhan orang sibuk membangun lapangan yang biasanya lengang. Anggota PPS Betako Merpati Putih, khususnya panitia acara ''tradisi'' tengah menyulap lapangan itu menjadi kampung Silat. Bangunan-bangunan dari bambu didirikan, yang selama tiga hari sejak Kamis (20/11) hingga Minggu (23/11) akan dilaksanakan berbagai macam kegiatan di arena tersebut. ''Kita benar-benar mencoba menggiring ribuan anak-anak MP dari seluruh dunia yang berkumpul dalam acara tradisi tahunan ini memasuki imej full kehidupan silat,'' kata Nehemia Budi Setyawan, pewaris MP yang sangat visioner. ''Ini adalah bagian dari keinginan guru besar MP, Mas Poeng, sebelum beliau meninggal dunia beberapa bulan lalu,'' tambah Amos Priono Tri Nogroho, yang juga pewaris MP. Nehemia adalah putra mas Budi Santoso dan Amos adalah putra Mas Poeng.  Mas Poeng dan Mas Budi, adalah pewaris MP yang kemudian mewariskan kepada kedua anak mereka.

Menurut Hemi, ini tahun pertama dirinya dan sepupunya, Amos sepenuhnya mengemban amanah sebagai pewaris MP. ''Ketika Mas Budi mendahului kami, masih ada pakde Poeng. Setelah pakde tiada, kami berdualah yang diamanati meneruskan hidup perguruan,'' kata Hemi.

Kampung Silat ini menjadi bagian dari kegiatan Tradisi yang menurut keduanya sebagai simbol penegasan bahwa silat MP adalah budaya lokal yang sangat punya ciri. ''MP adalah sebuah perguruan silat yang bukan hanya mempertahankan kearifan budaya lokal itu, tapi juga terbuka pada perkembangan zaman. Apalagi sekarang kami berdua yang menangani, tentu kami juga sesuaikan dengan era kami. Tanpa meninggalkan akar budaya asli, kami kira sama dengan pemikiran Mas Poeng, bahwa MP harus terbuka pada perkembangan,'' tegas Hemi.

Satu hal yang dibanggakan adalah, MP sudah mengepakkan sayap ke mancanegara. Setidaknya ada di Amerika, Belanda, Jepang, Australia dan beberapa negara lainnya, dan tetap mempertahankan keasliannya, di mana pun dia berkembang.

Salah satu pengembangan yang ditinggalkan guru besar kami adalah, MP Street Fighter. Ini menjadi pe-er, karena MP Street Fighter adalah bagian dari menghadapi globalisasi. ''Ini menjadi bagian dari MP, di mana di MP Street Fighter diajarkan bagaimana bermain  Mix Martial Art, tapi juga memasukkan unsur-unsur fight ala MP,'' jelas Marsyel Ririhena, atlet MP yang sangat giat dan gencar mengembangkan MP Street Fighter. Marsyel yang juga petinggi klub motor Satudarah dan aktif sebagai wakil ketua umum Pengurus Pusat MP yakin sekali bahwa MP Street Fighter menjadi bagian dari modernisasi slat MP itu sendiri. ''Dia menjadi sub di MP. Fighter-fighter MP ditambahi ilmunya dengan pelatihan MMA,'' kata Marsyel.

Di Parangkusumo, semua itu akan dipertontonkan, karena selain acara rutin ''tradisi'', ternyata kali ini kegiatan MP tersebut juga diliput sebuah stasion televisi untuk acara bertajuk Jejak Pendekar. (hmb)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline