Lihat ke Halaman Asli

KIS Menjawab Keresahan Kami Orang Timur

Diperbarui: 5 Desember 2018   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BPJS Kesehatan

Dengan di luncurkannya Kartu Indonesia Sehat ( KIS ) pertama kali pada tahun 2014 hingga saat ini  sungguh sangat membantu meringankan beban kehidupan masyarakat  terlebih masyarakat golongan ekonomi lemah di Indonesia, saya bersyukur bahwa program pemerintah ini mampu menyentuh kami masyarakat yang ada di Indonesia Timur seperti di tempat saya berdomisili sekarang yaitu Desa Saparua, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Sebelum adanya Kartu Indonesia Sehat ( KIS ) ini  kata sehat ibaratkan sebuah barang mahal bagi kami yang tinggal di pelosok seperti  ini,  sebagian masyarakat kami akan memilih berdiam diri dengan penyakit yang di derita, dari pada harus menjalani pengobatan secara medis. hanya penyembuhan alternatif seperti obat -- obatan tradisional lah yang  menjadi satu -- satunya solusi  kami. 

Masyarakat sungguh kesusahan apabila mengalami gangguan kesehatan yang membutuhkan tindakan operasi serta tindakan medis  lainnya. apakah penyebabnya ? ya  karena biaya rumah sakit serta obat -- obatan yang harganya selangit belum lagi di tambah dengan pendapatan masyarakat yang relatif rendah , serta jauhnya jarak pusat kesehatan yang memadai sehingga kata sehat  seolah --olah menjauhkan diri  dari kehidupan  masyarakat desa seperti kami .

" Bawa hidop bai-bai, jang barane saki, sakali saki kas kaluar kepeng karong " artinya " Bawalah hidup sebaik mungkin, jangan sampai sakit, karena kalau sekali saja sakit maka akan mengeluarkan banyak  uang"  kira -- kira seperti  itulah nasehat yang selalu orang tua kami tanamkan ke benak masing -- masing kami agar senantiasa menjaga kesehatan.

Contoh kecil  dari  besarnya manfaat Kartu Indonesia Sehat ( KIS ) bagi kami masyarakat Desa Saparua adalah pada beberapa bulan yang lalu tepatnya bulan September 2018 . tetangga sebelah rumah saya bernama Ibu Ade Limaheluw (42 Tahun) seorang ibu rumah tangga dari keluarga yang tegolong keluarga  tidak mampu mengalami gangguan kesehatan kala menjalani kehamilannya  yang ke-3. 

Saya , kala itu kurang begitu paham dengan apa yang sebenarnya terjadi pada beliau karena pengetahuan medis saya terbatas. namun berdasarkan keterangan dari bidan kampung yang menanganinya bahwa beliau harus sesegera mungkin di larikan ke rumah sakit umum di Kota Ambon karena mengalami gangguan pada kehamilannya. penyebabnya adalah karena beliau terlalu memaksakan diri untuk berkerja selama mengandung, beban pikiran  serta kurangnya asupan nutrisi yang di konsumsi. 

RSU Ambon adalah salah satu rumah sakit di Kota Ambon yang memiliki fasilitas pendukung lengkap dengan tenaga medis yang mempuni juga penyedia layanan BPJS Kesehatan. sebenarnya di daerah saya juga ada rumah sakit umumnya  namun fasilitas serta tenaga medisnya kurang memadai sehingga saat itu Ibu Ade Limaheluw  terpaksa harus di larikan ke RSU Kota Ambon menggunakan speedboat. saya beserta beberapa orang tetangga lainnya bahu membahu membantu proses keberangkatan dari kediaman beliau hingga ke  pelabuhan dermaga speedboat. 

Bila tidak adanya Kartu Indonesia Sehat ( KIS ) bayangkan entah bagaimana nasib  beliau dan anak yang di kandungnya sekarang, lantaran biaya rumah sakit yang tentunya tidak murah ( Biaya bersalin di daerah kami berkisar antara 1-2,5 juta rupiah ) , belum lagi obat -- obatan yang harus di tebus dan biaya -- biaya lainnya , seperti transportasi laut  dari Saparua ke Ambon. sedangkan pendapatanrumah tangga  mereka sangatlah  pas -- pasan , beliau setiap harinya hanya berkerja serabutan, dan suaminya hanyalah buruh bongkar muat di Pelabuhan Saparua. 

Berdasarkan keterangan beliau kala saya bertanya -- tanya pengalamannya menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS) pada permasalahan kehamilan yang baru saja beliau alami beliau sempat mencucurkan air mata sembari bercerita . 

" Nyong ee kal seng ada KIS kio mama seng tau lai kata mama pung ana ni  dia pung nasib bagaimana, mama seng tau mau terjadi bagitu, jujur sa mama seng ada satu ropiah lai par bayar rumah saki, mama su pasrah  "  artinya  " kalau tidak ada kis ibu tidak lah tau bagaimana nasib anak ibu ini, ibu tidak tau mau terjadi hal seperti itu, jujur saja ibu tidak memiliki uang untuk membayar  biaya rumah sakit, ibu hanya bisa pasrah " beliau mengatakan bahwa beliau sebelumnya tidak tau betapa besar manfaat kartu tersebut, beliau hanya menerimanya dari petugas pemerintah desa tanpa adanya penjelasan terperinci apa kegunaan dan manfaatnya. 

 Akhirnya Ibu Ade Limaheluw  mendapatkan pelayanan yang memuaskan dan tindakan cepat dari para medis RSU Kota Ambon, hal yang terpenting adalah biaya persalinan dan pengobatannya gratis di tanggung pemerintah. Kini beliau sudah dapat kembali beraktifitas seperti biasa dan buah hati perempuannya pun tumbuh sehat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline