Lihat ke Halaman Asli

Menyulam Cerita di Pinggiran Kota Itu, Untuk Perempuan Tanah Air

Diperbarui: 21 Januari 2016   01:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota perkelahian ketika sama sama angkuh_aku lihat pisau mengiris pinang kemarau
Namun sebuah kapsul terampuh ditoko penyembuhan ketika angin mengundang bau parfummu.
: menanyakan bahwa kemarahanku tak secepat bau parfum dan sebentuk diam yang tercipta ketika senyum mulai terbenam dilaut bergemuruh.

Disepanjang jalan menuju alismu yang meliut. Pada sebuah babak kubacakan lagi cerita masa lalu.
Alismu semakin lancip dan licin seperti belut dengan liarnya.

Suara ramai memadati antrian bak bising dikota.      

Tak pula suara, caci maki pun memadati.                    

"Terbang saja sendiri tanpa antrian peraturan polish" suruhmu. Haha, kotaku belum damai.

Senyummu patah tak berbentuk perahu kesayanganku yang damai dengan ombaknya.
mungkin kau mendengrkannya tergesa - gesa
Sajak sajakku lebih dahulu menulis namamu.        

(seperti yang kau mau)

Fii, saat ini jarak antara rindu dan ragu berlalu
Perahu itu semakin melaju membonceng kemesraan jack dan rose.
Sadari saja perbedaan samuderanya pula kita dengan jack dan rose.

Surabaya, 21-01-2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline