Lihat ke Halaman Asli

Dede Marlina

Mahasiswa

Urgensi Nasionalisme Remaja Indonesia Akibat Budaya Populer

Diperbarui: 16 Juli 2021   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Popular Culture that Impacted My Life, Pinterest (Crystal Ponti)

Arus modernisasi telah menjamah negara Indonesia dan perlahan mengakibatkan lunturnya rasa nasionalisme dalam kehidupan masyarakat, terutama pada remaja. Eksistensi budaya populer semakin menjadi, dimana generasi milenial hidup berdampingan dengan kefasihan mengenal budaya populer, budaya Korea adalah salah satunya. Remaja seharusnya ikut andil menciptakan ketentraman bermasyarakat, membuat sebuah tindakan melawan hoaks yang terus disebarkan, serta memutus penyebaran virus pada masa pandemi Covid-19. Lebih dari 270 juta jiwa remaja Indonesia yang seharusnya berpegangan bersama menjaga Indonesia dari penyebaran virus. Remaja dikenal sebagai manusia yang penuh rasa ingin tahu, namun bukan berarti melawan batasan-batasan yang telah ditetapkan, terlebih perihal protokol kesehatan.

Bagaimana cara remaja menunjukan rasa nasionalisme terhadap bangsa? Pada masa pandemi Covid-19 semua serba terbatas. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa remaja dapat mengimplementasikan nilai-nilai nasionalisme dalam keadaan pandemi. Modernisasi adalah cikal bakal dari terbentuknya era digital 4.0, memungkinkan remaja mendukung dan ikut menyuarakan peraturan pemerintah terhadap upaya pemutusan sebaran virus melalui teknologi informasi. "Maskerku melindungimu, maskermu melindungiku!" pernyataan tersebut tidak lain adalah sebuah slogan yang sarat akan makna. Era digital ini membuat banyak orang mulai nyaman berada di rumah, sesederhana menciptakan rasa nasionalisme dengan terus berkarya dan belajar memaknai perihal berita.

Budaya populer menembus batasan kehidupan masyarakat, kerumunan yang terjadi beberapa waktu lalu memberikan banyak dugaan dan perspektif dari berbagai kalangan. Tidak sedikit yang menyayangkan bahwa antusias remaja Indonesia untuk ikut dalam antrean demi mendapatkan sejumlah makanan "BTS Meals" yang dijual salah satu restoran cepat saji itu mengundang penyebaran virus Covid-19. 

Nasionalisme dari hal yang sederhana, patuh peraturan, serta meningkatkan penalaran terhadap literasi guna memahami berita dan membuka mata terkait kasus yang terus melonjak. Pandemi wajib menjadi perhatian guna menciptakan rasa nasionalisme sebagai pedoman dalam melangkah.

Kerumunan akibat BTS Meal, (Galih Pradipta)

Antusiasme dari kalangan remaja dalam upaya mendapatkan "BTS Meals" memang tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Namun, kerumunan yang terjadi dirasa tidak bijak jika hanya dibiarkan begitu saja. Sebuah peraturan perlu diperhatikan, diterapkan dalam setiap upaya pergerakan masyarakat. Tidak hanya pada promo tersebut yang menggiurkan dan menarik perhatian para penggemar. Melainkan, bagaimana pihak restoran cepat saji tersebut memberikan pemahaman terkait protokol kesehatan yang seharusnya diberlakukan. Akibat dari kasus yang mulai ramai di jejaring sosial media tersebut membuat Satgas Covid-19 ikut turun tangan menenangkan dan menilai bagaimana sebaiknya sanksi yang akan dikenakan bagi pelanggar protokol kesehatan.

Nasionalisme dalam penerapan aturan, satgas tidak akan segan untuk melakukan kontrol secara masif terhadap banyaknya gerai-gerai yang melanggar protokol kesehatan. Jakarta menjadi kota yang paling disoroti akibat isu kerumunan tersebut, sebanyak 32 gerai restoran cepat saji dikenakan sanksi akibat pelanggaran aturan. Diantaranya, sebanyak 20 gerai restoran cepat saji mendapat teguran secara tertulis, disisi lain ada sebanyak 12 gerai yang ditutup untuk sementara waktu pada saat itu. Selain di Jakarta, kerumunan terjadi di berbagai kota besar seperti Bandung, Jogja, Solo, Makassar, Medan dan berbagai daerah lainnya. 

Akibat kekuatan dari warganet yang kemudian membuat berita tersebut terus diperbincangkan, hal tersebut membuat pihak dari restoran cepat saji segera mengambil tindakan untuk meminta maaf serta berusaha meyakinkan masyarakat bahwa pihak restoran akan melakukan evaluasi lebih lanjut guna memperbaiki kejadian tersebut. Tidak dapat disangkal bahwa kehebohan kerumunan yang terjadi di kota-kota besar Indonesia sampai ke berbagai negara, terutama Korea Selatan asal boygroup BTS itu sendiri. Beberapa akun di jejaring sosial membagikan kutipan berita yang ditayangkan di negeri pagi yang hening tersebut. Dilansir dari stasiun TV SBS Korea Selatan yang memberitakan perihal kerumunan yang disebabkan oleh kolaborasi dari BTS. Dalam berita ditampilkan bahwa banyak ojek online yang saling berdesakan memesan menu tersebut untuk pelanggannya.

Media Chosun Ilbo memberikan pandangan dan perspektifnya mengenai isu kerumunan tersebut yang ditulis dalam bentuk artikel. Tulisan tersebut terus menyoroti bagaimana kerumunan bisa terjadi dengan protokol kesehatan yang tidak dipatuhi pada masa pandemi. Semenjak diterbitkannya artikel tersebut mampu menarik perhatian warganet dan mendapat sebanyak 600 komentar dan telah dibaca oleh lebih dari 79 ribu akun. 

Kerumunan yang terjadi akibat antusiasme yang berlebihan dari remaja Indonesia semakin disoroti media di berbagai belahan dunia. Dengan kata lain, maka kepatuhan masyarakat Indonesia akan peraturan perlu dipertanyakan lebih dalam. Rasa nasionalisme yang dipupuk perlu disiram lebih banyak agar tumbuh menjadi kebiasaan mengakar dalam kehidupan masyarakat.

Budaya populer menyita banyak perhatian remaja Indonesia, membuat mereka menyibukan diri untuk ikut andil dalam mendorong karya idola mereka agar trending di berbagai media. Remaja perlu mengaktualisasikan dirinya pada hal-hal yang lebih berguna, tidak hanya memperbincangkan soal idola. Terkait lonjakan kasus yang memprihatinkan membuat banyak ketakutan terus menyebar diberbagai kalangan pada masa pandemi. Ada baiknya sebagai remaja ikut andil berkontribusi menciptakan kehidupan masyarakat yang patuh protokol kesehatan. Bukan hanya perihal aturan, melainkan soal nasionalisme yang mulai dipertanyakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline