Lihat ke Halaman Asli

Kesalahan Analisa Leopard, Jangan Terjadi Kepada Analisa BBM

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bulan November sudah bisa dipastikan terjadi kenaikan BBM pada saat pemerintahan Jokowi, walaupun belum ada kejelasan  bagaimana teknisnya secara detail dan lengkap. Akan tetapi inilah pertarungan sengit yang akan dihadapi Jokowi "melawan" parlemen khususnya pihak KMP, karena sudah semenjak dari awal kubu tersebut menyatakan akan menolak segala kebijakan yang menurutnya tidak pro - rakyat. Apalagi tentang BBM yang beranggapan akan menjadi beban berat ditengah himpitan ekonomi masyarakat Indonesia pada umumnya!

Walaupun saya pendukung Jokowi dan Megawati, bukan berarti menutup fakta atas kejadian parlemen periode 2009 - 2014, dimana fraksi PDIP sangat kuat dan teguh menentang kenaikan BBM dimasa SBY. Dengan alasan bisa menambah beban kehidupan bagi rakyat menengah kebawah. Sedangkan bagi kalangan atas atau mampu secara finansial, tentunya kenaikan BBM tidak ada masalah apapun, selama pelayanan dan kinerja pemerintah lebih baik!

Kalangan berpendidikan tinggi sangat mudah diberikan penjelasan, sehingga tidak ada kesulitan berarti bagi pemerintahan Jokowi - Jk. Tapi bagi kalangan rakyat bawah yang memiliki penghasilan pas - pasan, tentunya hanya punya satu analisa, bahwa kenaikan BBM diikuti dengan kenaikan seluruh kebutuhan pokok. Apalagi Jokowi berniat tidak akan mengadakan kompensasi seperti BLT / BALSEM. Melainkan dialihkan dengan bantuan modal usaha, pendidikan gratis dan juga kesehatan gratis bagi kalangan kurang mampu!

Analisa berdasarkan tim transisi Jokowi bahwa, kenaikan harga BBM mencapai 3000 per liter. Entah apakah secara bertahap atau sekaligus dinaikkan pada satu tahap, sehingga disinilah terjadi kemungkinan pedang bermata dua bagi Jokowi, yaitu :

A. Bila Jokowi menaikkan secara bertahap, maka rakyat menengah - kebawah tidak terlalu "kaget". Sehingga bisa diterima dengan baik ditengah masyarakat, tanpa terjadi gejolak yang berarti. Apalagi ditambah dengan bantuan pendidikan dan kesehatan gratis, maka sedikit kekecewaan terhadap kenaikan BBM bisa tergantikan dengan kebahagiaan. Sehingga makin banyak dan semakin besar dukungan yang didapat dari rakyat Indonesia!

B. Tapi jika kenaikan BBM dinaikan sekaligus, maka terjadi gejolak harga yang besar kemungkinan tidak terkendali. Terutama kebutuhan pokok yang berkaitan langsung dengan masyarakat menengah - kebawah, maka disinilah tingkat emosional yang akan bermain! spekulasi sederhana ialah, memang pendidikan dan kesehatan penting, tapi urusan perut tetap saja menjadi prioritas utama kebutuhan hidup.  Bagi yang belum pernah merasakan perih perut pasti sulit mengerti kondisi tersebut, sedangkan di berbagai pelosok nusantara, masih banyak masyarakat yang hidup segala kekurangan. Jangankan berpikir mau beli Gadget terbaru, atau bahkan beli pulsanya. Tapi bisa makan 2-3x sehari saja sangat bersyukur dan bagai sebuah karunia tuhan yang sangat besar!

Sebagai ukuran tingkat kemiskinan di Indonesia salah satunya yaitu , mudahnya politik uang disaat terjadi pemilihan langsung ( Pemilu ). Dengan jumlah amplop yang sekedar 25.000 - 50.000 per suara, maka bisa dibayangkan kemampuan ekonomi yang menerima uang tersebut ?. Mungkin saja disaku penerima tidak memiliki uang sama sekali. Dan dengan uang segitu, bagi kalangan mampu pasti cuman buat beli jus satu gelas di cafe, sehingga akan ditolak mentah-mentah karena tidak ada arti apapun. Tapi bagi kalangan kurang mampu, bisa memperpanjang hidup selama 2 sampai 3 hari buat membeli beras!

Akibat dari fenomena politik uang yang masih tinggi, maka jangan sampai pemerintah menutup mata pada kenyataan bahwa, dilapangan banyak rakyat yang masih kurang mampu, apalagi ditambah kenaikan BBM yang dilakukan secara sekaligus. Tentunya akan semakin menambah berat dan sulit menjalani kehidupan bagi rakyat kecil! Disinilah perlunya tingkat kearifan dan kebijaksanaan tingkat tinggi untuk menyikapinya. Pemerintah ( negara ) memang penting menyelamatkan keuangan APBN yang semakin membengkak karena subsidi BBM, tapi juga harus / wajib  memperhatikan kondisi sebagian besar masyarakat yang masih dibawah kemampuan secara finansialnya

Sekali lagi saya ulangi, memang sangat mudah menjelaskan bagi kalangan tertentu khususnya yang berpendidikan tinggi dengan tingkat ekonomi menengah - keatas, misalkan bahwa subsidi BBM mayoritas dinikmati kalangan mampu, sehingga negara kurang efesien membiayai terus subsidi tersebut. Dan dengan menaikkan harga BBM, maka dana nya bisa dialihkan kepada sektor - sektor lain yang lebih tepat guna ( secara teoritis diatas kertas ).

Dan yang saya khawatirkan ialah para penasehat di sekitar Jokowi,  jangan sampai statment tentang analisa battle tank Leopard, terjadi juga terhadap analisa kenaikan BBM. Sehingga bisa jadi salah satu "mata pedang" malah melukai pemerintahan Jokowi sendiri. Sehingga dijadikan ajang politisasi oleh KMP dengan berbagai manuvernya di senayan. Mungkin bukan hanya sekedar kegaduhan politik nasional yang terjadi, tapi tingkat panas horizontal juga bisa meningkat ditengah masyarakat. Apalagi banyak sekali rakyat yang memiliki sifat labil dalam bersikap, tergantung kepada arah angin yang sedang berhembus!

Sedangkan saya sendiri lebih setuju kepada opsi A yaitu kenaikan BBM dengan cara bertahap, karena itulah pilihan yang paling baik bagi negara dan rakyat. Dengan demikian akan mengurangi dampak yang kurang diinginkan, sehingga tetap terjalin dan terjaga hubungan harmonis antara pemerintah dan segenap rakyat Indonesia!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline