Lihat ke Halaman Asli

PTUN Menangkan PPP Kubu "Madesu"

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhirnya keluar juga keputusan PTUN terhadap sengketa kedua kubu PPP yang sedang berselisih tersebut, dan hasil selengkapnya bisa dibaca disini : Tribunnews.com. Dan diluar dugaan beberapa pihak terutama Menkumham dan kubu Romy, bahwa ternyata kubu koruptor SDA berhasil memenangkan gugatan tersebut. Sehingga bisa dibayangkan senyum gembira dan pesta pora mereka menyambut kemenangan sementaranya!

Tapi saya memiliki kesimpulan bahwa, dengan keluarnya keputusan PTUN itu , malah akan membuat semakin keruh dan gurem partai PPP di masa yang akan datang. Dan jika diibaratkan sebagai partai madesu (masa depan suram), karena kondisi pertikaian itu akan lebih alot dan berkepanjangan dalam penyelesaian. Apalagi yang disayangkan ialah mahkamah partai dan majelis partainya sendiri malah lebih condong kepada kubu SDA.

Seandainya saya sebagai kader PPP di daerah, maka saya akan lebih memilih Romahurmuzy. Dikarenakan memiliki darah biru pendiri NU. Yang di mana kakeknya pernah menjabat sebagai menteri agama dan mendirikan beberapa sayap organisasi NU. Sedangkan Djan faridz siapa? hanya fungsionaris partai yang aktif, dan tidak ada sejarah yang jelas dan pasti dalam keturutsertaannya dalam organisasi terbesar di Indonesia yaitu NU

Dengan adanya Romy, maka kemungkinan besar akan banyak suara kalangan NU yang bisa diraih. Yang di mana selama ini lebih cenderung menjatuhkan pilihan kepada PKB. Karena sudah jelas cak Imin memiliki darah biru NU yang tidak diragukan lagi keabsahan dan legalitasnya di hadapan para ulama NU di seluruh Indonesia, sehingga bila PPP dipimpin oleh Romy maka persaingan suara di pemilu 2019 akan terjadi perebutan suara yang signifikan! Tapi itu bila kader PPP memang berpikir jernih dan ingin membesarkan partainya, tapi lain lagi ceritanya jika PPP dipimpin Djan Faridz, yang tidak ada kejelasan asal-muasalnya dalam NU, sehingga kemungkinan besar akan tidak dilirik oleh kalangan elit-elit NU. Yang pada akhirnya bisa jadi 2019 keikutsertaan PPP di kancah perpolitikan nasional berakhir, karena tidak masuk ambang batas perolehan suara menuju Senayan!

Yang memprihatinkan dari salah satu partai tertua tersebut ialah, hanya dijadikan bancakan partai-partai baru. Bahkan posisinya terombang-ambing bagaikan anak bau kencur yang tidak jelas arah dan tujuannya. Padahal jika dipikir secara logika jernih, apa untungnya dan manfaatnya bagi PPP setia sampai mati mengikuti KMP? Lebih baik mengikuti arah KIH yang sudah jelas memiliki posisi kementerian agama.

Bagaimana jadinya jika Jokowi "kesal dan bete" dengan berlarut-larutnya konflik di PPP. Kemudian melakukan evaluasi terhadap posisi Lukman hakim sebagai menteri agama? Otomatis posisi itu akan diisi oleh kader PKB atau diambil dari kalangan ulama profesional (tidak terikat parpol). Dengan demikian bagaikan pepatah, sudah jelas jadi anak tiri di KMP, nanti malah jadi anak terbuang juga di KIH. Aduh apes bin penyok partai PPP di perpolitikan nasional!

Sebenarnya yang jadi permasalahan dan solusinya ada di satu tangan ialah Mbah Moen. Dan Mbah Moen sendiri pada dasarnya cenderung memilih pihak Romy meneruskan tongkat estafet kepemimpinan. Karena bagaimanapun beliau pasti lebih mencintai keselamatan dan kemajuan PPP bila dipegang oleh darah biru NU. Namun disisi lain , Mbah Moen sepertinya harus mengalah juga kepada anaknya , yang dimana berada di kubu sang koruptor SDA! Sehingga bisa dikatakan Mbah Moen sendiri dalam posisi galau ( bimbang ). namun semoga saja semuanya segera terselesaikan, dengan adanya ketegasan para sesepuh PPP khususnya dari Mbah Moen sebagai salah satu pendiri partai yang masih dihormati dan disegani.

Namun yang pasti, para pemilih PPP ( loyalis dan simpatisan ) sudah mulai melakukan gerak mundur secara perlahan dan teratur. Karena bagaiamanapun adanya kekecewaan besar dalam benak mereka yang disebabkan konflik internal tersebut! Sehingga sekalipun telah terjadi islah kedua kubu atau bahkan mem-blaklist salah satu kubu. Tetap saja bukan sesuatu hal yang mudah mengembalikan kepercayaan publik yang telah ternoda karena konflik yang terlalu berlarut - larut tersebut.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline