KEPUTUSAN tim verifikasi ketua umum PSSI yang hanya meloloskan Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie [caption id="attachment_90109" align="alignright" width="300" caption="foto: tribunnews.com"][/caption] mengejutkan beberapa pihak. Namun sebenarnya hal itu bukan lagi sebuah kejuatan, dan sudah bisa diprediksi sebelumnya mulai dari masa pendaftaran hingga masa-masa verifikasi bakal calon ketua umum. Kelemahan sang Jenderal Toisuta dan bos LPI Arifin Panigoro selalu diumbar orang-orang dekat Nurdin kepada Publik, dan disisi lain mereka selalu membangga-banggakan mantan Napi Nurdin Halid. Publik tentu juga belum lupa dan tidak akan pernah lupa soal penzoliman yang dilakukan tim verifikasi Ketum PSSI terhadap Arifin Panigoro. Mereka sempat menyatakan tidak ada suara yang mendukung Arifin sebelum akhirnya tim verifikasi dan PSSI ditampar oleh Pengcab dan klub pendukung Arifin, yang secara terang-terangan mempertanyakan surat dukungan mereka untuk Arifin. Ternyata ada lima suara yang mendukung Arifin Panigoro menjadi Calon Ketua Umum PSSI. Publik juga tidak akan lupa alasan tim verifikasi, yang dengan gampangnya menyatakan terjadi kesalahan entri. Kok bisa kelima suara itu salah entri ya? hehe.. ini tentu alasan yang tidak akan pernah masuk akal manusia waras. Namun apa mau dikata, mereka mungkin sudah terlajur muka tembok seperti Nurdin yang selalu merasa benar. Keputusan tim verifikasi yang hanya meloloskan Nurdin dan anak Aburizal Bakrie tentu menyakiti hati banyak pecinta bola Indonesia. Ditengah gugatan dan kecamatan kepada Nurdin, ternyata dia pula yang sudah 99 persen untuk terpilih menjadi Ketua Umum PSSI. Padahal, sesungguhnya dialah yang paling tidak berhak untuk menjadi ketua umum PSSI, sebab Nurdin merupakan seorang mantan Nara Pidana, terdakwa kasus korupsi. Sudah saatnya rakyat bertindak atas ketidakadilan ini. Meminjam istilah Martin Luther King Jr, sesungguhnya manusia sudah mati ketika hanya mampu diam melihat ketidakadilan yang terjadi didepan matanya. Publik sudah saatnya bicara dan melakukan aksi nyata, menentang ketidakadilan dalam dunia sepakbola yang merupakan pemersatu dunia yang mampu menembus sekat-sekat primordialisme. Haruskah rakyat turun ke jalan menyatakan penolakannya kepada Nurdin? Haruskah penurunan Nurdin harus dilakukan seperti cara menurunkan Hosni Mubarak dan Suharto? Mungkin saja. Tapi tentu saja terlalu menguras tenaga serta bisa berdampak luas, dan tak menutup kemungkinan akan ditunggangi orang lain untuk kepentingannya sendiri. Hal paling mudah yang bisa dilakukan melawan ketidakadilan ini adalah memboikot kompetisi Indonesia Super Liga (ISL). Jangan pernah pergi ke stadion, dan jangan menonton siarannya di TV. Bentangkan spanduk-spanduk penolakan Nurdin dan Nirwan sebagai Calon Ketum PSSI. Saatnya bersatu demi sepakbola Indonesia. (Suang Sitanggang)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H