Lihat ke Halaman Asli

Suaib

Kepala sekolah

Membangun Manajemen Diri Melalui Pembelajaran Sosial Emosional

Diperbarui: 3 September 2024   13:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebuah Artikel dengan Alur STAR (Situasi-Tantangan-Aksi_Refleksi)

Di setiap awal pembelajaran biasanya siswa sulit untuk fokus memulai pembelajarannya. Hal ini dikarenakan adanya masa transisi situasi dan kondisi yang dialami siswa antara di rumah dengan di sekolah. Masa transisi ini  memberikan peluang yang besar kepada siswa, dimana mereka belum mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya yaitu lingkungan belajar di sekolah. Hal ini bisa ditunjukkan oleh sulitnya siswa mengontrol emosinya untuk menjalin hubungan harmonis ketika mereka akan memulai pembelajaran. Emosi positif dan negatif ini akan selalu berbaur di dalam kelas yang mengakibatkan ketidakefektifan proses pembelajaran. Kondisi inilah yang menyebabkan siswa kurang fokus dalam pembelajaran, sulit membangun kolaborasi, dan tidak bisa mengembangkan sikap saling menghargai.

Sulitnya mengontrol emosi siswa yang terbawa dari rumah atau lingkungan yang mempengaruhi emosi dan kemampuan sosialnya, sangat berpengaruh terhadap upaya membangun kesiapan belajar siswa untuk memulai pembelajaran. Kondisi ini akan terus berlangsung jika tidak ada upaya guru memberikan pemahaman dan pengalaman belajar yang bermakna untuk siswa. Hubungan sosial siswa yang terkadang tidak mampu menempatkan dirinya sebagai bagian dari komunitas belajar memungkinkan terciptanya situasi pembelajaran yang kaku bahkan cenderung kembali kepada pembelajaran yang berpusat pada guru. Oleh karena itu dibutuhkan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran untuk mendukung ketercapaian kompetensi sosial emosional siswa.

Langkah yang bisa dilakukan dalam mengintegrasikan kompetensi pembelajaran dengan kompetensi sosial emosional dalam proses pembelajaran melalui empat tahap kegiatan. Seluruh tahapan melibatkan siswa dan guru di dalam kelas. Adapun tahapan kegiatannya adalah (1) melakukan penyambutan siswa di depan gerbang dengan 5S yang tujuan melakukan pendekatan dan analisis awal kesiapan anak untuk belajar sebelum siswa masuk ke kelas, (2) melakukan curah pendapat (obrolan santai) yang berhubungan dengan materi pembelajaran sebagai sebuah apersepsi pembelajaran dengan tujuan mengembangkan kompetensi kesadaran diri. Kegiatan ini  dilakukan dalam bentuk circle time yang bisa membangun kebersamaan untuk saling bercerita dan berbagi. Pada tahap ini siswa diarahkan untuk mengenal diri dan mengelola dirinya dengan menanamkan kesadaran bahwa mereka adalah bagian dari sebuah kelompok/komunitas. (3) ngobrol asik antar siswa dalam forum diskusi dengan tujuan mengembangkan kompetensi sosial emosional pengelolaan diri dan kesadaran sosial, dan tahap (4) adalah mendiferensiasikan pembelajaran dimana siswa merdeka mengembangkan keterampilan belajarnya dalam bentuk produk yang mereka sukai seperti komik, mindmapping, slide powerpoint, dan lain-lain. Tujuan kegiatan ini adalah mengembang kompetensi keterampilan relasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Hasil dari aksi yang dilakukan menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang mengintegrasikan pencapaian kompetensi belajar dengan kompetensi sosial emosional melahirkan sebuah proses dan hasil belajar yang eketif. Hal ini dibuktikan dengan adanya proses pembelajaran lanjutan yang yang mampu menciptakan suasana pembelajaran yang humanis dalam membangun kebersamaan antara guru dan siswa. Respons siswa terhadap proses pembelajaran menunjukkan bahwa siswa merasakan suasana yang senang dan nyaman.

Dalam proses pembelajaran perlu adanya pendekatan sosial dan emosional kepada siswa untuk mendampingi siswa mencapai kompetensi belajarnya. Dalam proses pembelajaran ini terjadi hal positif yang muncul dimana siswa mampu mengelola diri dan emosinya sehingga menjadi pemelajar yang mandiri dan bertanggung jawab. Untuk mendukung ketercapaian hasil belajar, maka siswa harus berada pada kondisi yang nyaman baik secara fisik maupun psikis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengajak siswa untuk mengelola diri dan emosinya dalam kedudukannya sebagai bagian dari masyarakat sosial dalam pembelajaran.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline