Sebagai manusia dewasa, hal yang saya anggap bernilai adalah ketika kita mempunyai manfaat lebih. Begitu juga dengan saya, yang tidak mau hanya menjadi orang yang pandai berkata-kata saja, tetapi juga dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungan.
Sumatera Utara memang sangat luas untuk digarap sebagai destinasi wisata. Maka ini harus dikerjakan secara kolektif. Melibatkan semua stakeholder, baik Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, maupun pihak swasta dan masyarakat. Saya membayangkan, jika semua masyarakat aktif terlibat melestarikan kekayaan alam Sumatera Utara, tentu pekerjaan berat ini menjadi ringan.
Terkait dengan pelestarian alam di Sumut, saat ini saya sedang menyelesaikan kuliah S3 Di IPB dengan Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Mengapa saya pilih program ini? Karena saya yakin akan bermanfaat untuk Sumut ke depan. Di samping itu karena pada dasarnya manusia itu harus bisa hidup berimbang/berdampingan dengan alam/lingkungan. Apabila dari kekayaan sumber daya alam tersebut dapat diberdayakan untuk menggerakkan ekonomi sekitarnya, tentu inilah yang bisa langsung dapat dirasakan oleh masyarakat. Bila setiap wilayah/lingkungan melakukan hal ini, tentu kita dapat menyelamatkan lingkungan tetap asri serta memiliki heritagebernilai tinggi sebagai ciri khas kita.
Saya juga tertarik dengan konservasi orangutan di Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Sejak masih kuliah, 30 tahun yang lalu sudah mendengar cerita tentang konservasi orangutan ini. Dan 4 tahun terakhir ini saya konsentrasi untuk membantu mengelola konservasi tersebut dari sisi turis/ecotourism. Wisata ekologi menjadi main destination.
Kunjungan wisata di Sumut mengalami penurunan, dan terasa kurang diperhatikan. Maka dari itu, perlu kiranya kita bergerak bersama-sama untuk membenahi hal ini. Saya yakin Konservasi Orangutan di Bahorok sangat menarik untuk wisatawan, apalagi wisatawan asing. Bagaimana tidak, turis asing datang jauh-jauh dari negara mereka untuk melihat orang utan yang hanya ada di Bahorok ini, selain kalimantan. Jenis primata ini sungguh luar biasa kehidupannya. Mirip seperti manusia, hanya mereka tinggal di pohon-pohon. Turis yang berkunjung untuk melihat tidak diperbolehkan berisik atau memberi makan. Hanya diperbolehkan hening namun boleh untuk mengambil foto mereka dari berbagai sisi.
Kita mengembalikan habitat orangutan sebagaimana mestinya, agar tetap bisa mempertahankan kelangsungan hidup merek yang menjadi satu-satunya aset berharga bagi Indonesia pada umumnya, dan Sumut pada khususnya. Kita harus bangga memiliki primata satu-satunya di dunia yang menjadi magnet turis mancanegara ini.
Dengan banyaknya kedatangan turis mancanegara ke tempat ini, tentunya berdampak baik bagi ekonomi di lingkungan sekitarnya. Semoga pemerintah Sumut tetap memperhatikan hal ini sebagai hal yang sangat bernilai bagi Sumut. Artinya mengangkat prestigeSumut di mata dunia. Jangan biarkan terjadi eksploitasi yang akhirnya akan mengganggu habitat hewan yang ada di sana. Biarkan hutan di Sumut menjadi paru-paru yang membanggakan dan tak ternilai oleh uang.
Terus terang, saya bangga dapat turut serta memajukan konservasi orangutan sebagai salah satu tujuan wisata dunia. Mari kita pertahankan bersama2 agar semua tetap seperti keadaan semula. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H