Lihat ke Halaman Asli

Sumut dan Cita-cita Saya

Diperbarui: 23 September 2017   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokpri

Saya lahir dan besar di Pematang Siantar,  pada tanggal 27 Sept 1970. Lahir dari  keluarga yang sangat keras dalam hal pendidikan dan agama. Lingkungan tempat saya  dibesarkan di Pematang Siantar juga sangat keras. Dalam berteman, saya tidak membedakan antar perempuan dan laki-laki. Karena saya berfikir, bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama. Sehingga saya pernah berantem dengan seorang teman laki-laki, walau  akhirnya kalah juga pastinya. Saya bonyok. Namanya juga masa anak-anak dan remaja. :)

Keluarga saya sangat memperhatikan pendidikan anak-anak. Saya pun mengikuti jenjang pendidikan berjalan dengan baik. Walau tidak pintar amat, tapi juga tidak pernah tinggal kelas.   

Orang tua bertugas di perkebunan membuat kami selalu berpindah-pindah. Dari  Pematang Siantar ke Galang, kemudian kuliah di USU (Universitas Sumatera Utara), dan akhirnya menikah dan memiliki 2 orang anak  sepasang. Anak pertama sudah bekerja dan si adik sedang kuliah. Alhamdulillah pendidikan anak-anak kami berikan yang terbaik. Si kakak kuliah Managemen Hotel di Geneva Swiss dan si Adik di jurusan Bisnis Managemen di Vancouver,  Kanada. 

Saat ini saya fokus  untuk memberi manfaat kepada lingkungan yang lebih luas, dan sangat aktif untuk menempa diri, dalam arti senang menambah ilmu di manapun, baik pendidikan normal ataupun informal.  Sibuk juga dengan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di konservasi orangutan di  Bahorok Kabupaten Langkat.  Kami selalu berusaha mendatangkan turis manca negara sebanyak-banyaknya ke  Sumut,  agar mereka dapat menikmati habitat orangutan di Indonesia. Seperti kita ketahui, bahwa habitat orangutan di dunia hanya ada di  Indonesia, yaitu di Kalimantan dan Sumut.  Oleh karena itu suatu kebanggaan bagi  Sumut untuk dapat menunjukan pada dunia, bahwa kita memiliki apa yang tidak dimiliki oleh negara lain.  Karena lingkungan adalah harta karun terbesar bagi Sumut. 

Alam Sumut yang indah menjadi tujuan pariwisata nasional dan  internasional. Ini menjadi fokus  saya 3 tahun terakhir ini. Karena multiple effect-nya adalah dapat menggerakkan ekonomi  rakyat. Didikan keluarga saya tentang kecintaan pada lingkungan telah mendarah  daging. Maka saya menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman serta  ruang terbuka hijau menjadi pondasi utama yang akan saya terus bangun, agar masyarakat dapat hidup lebih sehat.

Keamanan  Sumut juga penting dengan selalu mengakomodir organisasi-organisasi  kepemudaan sebagai garda terdepan dalam menjaga lingkungannya masing-masing. Karena bagaimanapun keamanan dan kenyamanan adalah kunci dari kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya keamanan yang terjamin, roda ekonomi masyarakat akan bergerak secara lancar dan baik, di samping itu akan mendatangkan investasi yang besar terutama untuk Sumut.

Keinginan terbesar saya adalah agar Sumut menjadi propinsi yang kosmopolitan.  Dimana semua ke-khas-an Sumut tetap menjadi hal yang patut dihargai sepanjang masa.  Masyarakat yang kental budaya namun sejahtera,  tidak ada lagi pengangguran,  dan pendidikan menjadi prioritas. Di samping pendidikan formal, saya ingin Sumut juga memperkuat pembangunan karakter agar masyarakat mau menjadi entrepreneur, sehingga tidak bergantung pada orang lain/pemerintah. Artinya jiwa kemandirian menjadi unsur yang penting (krusial).

Bidang kesehatan harus dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat Sumut,  dimanapun dan kapanpun. Oleh karena itu disini saya menekankan untuk budaya berolahraga sesuai kemampuan dan cara yang dimaui masyarakat agar tercegah dari  macam penyakit. Para lansia menjadi perhatian utama untuk dilindungi oleh pemerintah. Karena bagaimanapun, mereka itulah (orang tua kita/lansia) adalah orang yang paling berjasa pada kehidupan kita, maka sangat pantas untuk mendapatkan penghargaan tertinggi di usia senja. 

Dalam agama saya disebutkan, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk sesamanya, maka kemana lagi kita akan mendapatkan nilai kebaikan, selain bermanfaat? ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline