Wonogiri, (24/01/2023) - Universitas Diponegoro saat ini tengah disibukan dengan aktivitas Kuliah Kerja Nyata atau KKN yang dimulai sejak 3 Januari 2023 hingga 16 Februari 2023.
Kabupaten Wonogiri tahun ini berkesempatan menjadi tujuan KKN untuk kali pertama. Dari 25 kecamatan yang ada di Kabupaten Wonogiri, sebanyak 6 kecamatan ditetapkan menjadi tempat tujuan KKN. Wilayah tersebut yaitu Pracimantoro, Eromoko,Manyaran,Paranggupito,Giritronto serta Giriwoyo. Total sebanyak 477 mahasiswa yang ditempatkan di wilayah Kabupaten Wonogiri dengan sekitar 80 mahasiswa perdaerah.
Cerita menarik datang dari KKN Undip Tim 1 wilayah Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri. Pasalnya peserta KKN menyuluhkan program bagi para peternak dan petani wilayah Kepuhsari. Program yang diusulkan adalah Eco Enzym. Pemilihan program penyuluhan ini didasari atas mayoritas masyarakat Kepuhsari yang bermata pencaharian sebagai petani dan peternak.
Penyuluhan dilakukan di balai dusun Kepuhsari pada Selasa (24/01/2022). Acara dihadiri oleh para Gabungan Kelompok Tani atau GAPOKTAN wilayah Kepuhsari. Eco Enzym sendiri sebenarnya bukan hal baru. Eco Enzym pertama kali diperkenalkan oleh pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand yaitu. Dr.Rosukon Poompanvong. Dr.Rosukon Poompanvong mencipatakan Eco Enzym untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya terbuang untuk menjadi pembersih organik. Eco enzyme sendiri merupakan hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah, sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), serta air. Warnanya sendiri biasanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat. Eco Enzym ini akan mengasilkan produk berupa pembersih rumah tangga, insektisida, antiseptik, perawatan tubuh serta pupuk. Karena manfaat yang banyak tersebut, Tim I KKN Undip wilayah Kepuhsari memiliki membuat demonstrasi pembuatan Eco Enzym karena masyarakat Kepuhsari kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani dan peternak.
Pada penyuluhan ini, limbah organik yang digunakan adalah kulit buah pisang dan alpukat karena kedua buah tersebut memiliki kulit luaran yang lumayan empuk. Tekstur dari sampah sangat mempengaruhi keberhasilan dan waktu pembuatan Eco Enzym. Sampah yang tidak terlalu keras akan membuat Eco Enzym cepat mengurai dan membuat tingkat keberhasilan semakin tinggi. Waktu yang diperlukan untuk pembuatan Eco Enzym sekitar 3 bulanan hingga sampai bisa digunakan.
Selama proses demontrasi para anggota Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) aktif melihat dan banyak bertanya mengenai Eco Enzym. Acara demontrasi penyuluhan Eco Enzym berjalan lancar karena dukungan penuh dari Kepala Desa Kepuhsari beserta seluruh jajarannya serta Ketua dari Gabungan Kelompok tani atau GAPOKTAN. Pada akhir sesi penyuluhan, satu anggota Gabungan Kelompok Tani atau GAPOKTAN yang aktif bertanya mendapatkan Eco Enzym yang telah disiapkan oleh Tim I KKN Undip Wilayah Kepuhsari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H