Lihat ke Halaman Asli

Aang Ismail

Freelancer

Perjuangan Seorang Ayah

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjuangan Seorang Ayah

[caption id="" align="alignleft" width="277" caption="Perjuangan Seorang Ayah"][/caption] Mendengarkan lantunan lagu yang dibawakan seorang Ebit G Ade berjudul Titip Rindu Buat Ayah, membuat saya merinding dan seketika teriangat sosok yang selama ini sangat akrab.

Jika kita mengenal adanya hari Ibu yang selalu di peringati setiap tahunnya saya rasa bukanlah suatu yang berlebihan, karena sepantasnya mereka mendapatkan posisi yang sangat special dalam hati sanubari yang terdalam.

Namun bagaimana dengan seorang ayah ??

Menurut cerita dari ibu saya, saat kecil saya kerap menangis sambil memandangi foto ayah saya, karena kesibukan pekerjaannya kami jarang sekali bertemu, itu terjadi sampai saya berumur enam tahun. hal itu terjadi lantaran saat ia berangkat bekerja saya masih tertidur, dan saat beliau pulang saya sudah tertidur, karena kata ibu, saya doyan tidur, hehehe … “jadi malu”. Kesibukan itu  masih terjadi saat saya menginjak Sekolah Dasar, untuk bertemu seorang ayah dan dapat bermain dengannya adalah saat yang paling saya tunggu, bahkan hingga saya dewasa seperti sekarang.

Pernah suatu saat, ayah mengajak saya sekedar berkeliling dengan motor GL-125 nya mengitari daerah pemukiman kami, kontan saja saya meloncak kegirangan. Tapi saat sudah selesai berkeliling saya tidak mau turun dari motor walaupun ibu memaksa turun, saya lebih rela menangis keras-keras sambil menarik tangan ayah, agar membiarkan tetap bersamanya.

[caption id="" align="aligncenter" width="259" caption="Perjuangan Seorang Ayah"]

Perjuangan Seorang Ayah

[/caption]

Namun sekarang saya sadar, menjadi seorang ayah bukan sesuatu yang mudah, Beliau mempunyai tanggung jawab yang begitu besar terhadap keluarganya. Ia harus rela menghabiskan waktu dengan berbagai pekerjaan walaupun ia sangat ingin bersama keluarga.

Seorang ayah bukan hanya pemimpin dalam keluarga tapi juga sebagai guru atas segala prilaku bagi anak-anaknya. Ia senantiasa memberikan yang terbaik agar kita semua bisa hidup layak.

Terimakasih Ayah, tanpamu saya bukan apa-apa.

Kunjungi juga http://www.stupidmonkey.co.cc/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline