Digital Economy, tema yang sedang hangat dalam diskusi para peneliti, netizen hingga para mahasiswa lintas bidang. Apa sebenarnya Digital Economy dan dampaknya bagi pembangunan Indonesia. Mengapa model ekonomi zaman millennial ini digadang-gandang akan mengubah model ekonomi konvensional yang sudah lama mengakar kuat ?.
Don Tapscott's (1995) menerbitkan buku best-seller berjudul "The Digital Economy: Promise and Peril in the Age of Networked Intelligence". Tulisan itu mengungkap istilah Digital Economy, model ekonomi 'baru' yang syarat dengan teknologi informasi. Sekitar 10 tahun setelah itu, penetrasi teknologi digital dan internet semakin luas dan berimplikasi nyata di beberapa bidang kehidupan.
Tidak ketinggalan, negara yang berhasil memanfaatkan kekuatan ekonomi internet ini berhasil meraup nilai pertumbuhan fantastis. Ambil contoh, tahun 2018 India telah mencapai nilai US$ 1 Trilliun.bahkan China sudah melampaui nilai US$ 3,8 trilliun. Di kedua negara ini, ekonomi digital menjadi mesin pertumbuhan dengan hasil yang mengagumkan.
Konsep 'New Economy' ini sejatinya memiliki beberapa komponen, ekonom Thomas Mesenbourg (2001) menjelaskan elemen pentingnya mulai dari infrastruktur perangkat keras dan lunak, model layanan hingga cara transaksi baru dalam ekosistemnya. Realitas saat ini, penyedia layanan di dalam ekosistem digital yang sedang popular tentu saja Financial Technology (Finctech).
Perkembangan Fintech telah menarik perhatian besar khususnya dari kalangan perbankan dan industri finansial konvensional. Fintech diprediksi akan mendisrupsi model industri dan bisnis bank konvensional dalam 10 tahun mendatang. Perkembangan Fintech yang massif akan mengakibatkan migrasi besar bagi dunia perbankan dan institusi keuangan tradisional.
Tidak ingin ketinggalan arus gelombang 'baru', perusahaan keuangan sekelas Citi dan JP Morgan Chase telah menginvestasikan milliaran dolar ke dalam startup Fintech bernama Clarity Money and Dave, Saya prediksikan Fintech akan menjadi teknologi 'driver' awal ekonomi berbasis internet ini.
Bahkan suntikan modal ke dalam perusahaan Fintech secara global 2018 sudah mencapai angka USD 57.9 Milliar. Funding tersebut banyak digunakan untuk mengembangkan layanan bidang payments dan lending. Selain itu, investasi dalam Kecerdasan Buatan (artificial intelligence) dan analisis data (data analysis) semakin mengundang minat investor.
Menurut pandangan saya, ke depan data akan menjadi "harta" yang sangat penting dalam industri Fintech pada khususnya. Analisis data yang akurat dan cepat dengan teknologi Kecerdasan Buatan akan menentukan persaingan dan kesuksesan industri ini dalam era internet economy. DI Indonesia sendiri perusahan seperti Go-Pay, Modalku hingga UangTeman, rintisan startup yang dipercaya menjadi infrastruktur awal dalam pengembangan ekonomi digital dalam negeri.
Ekonomi Digital yang terbuka
Di dalam ekonomi digital, layanan Fintech sejatinya sangat dekat dengan konsep open banking,artificial intelligence and blockchain. Ini akan membawa potensi perubahan yang besar dalam industri keuangan tradisional yang terkenal tertutup dan tersentral. Bagaimana dengan Indonesia, siapkah para stakeholders untuk menyambut era digital ekonomi yang makin nyata hari ini ?
Dengan model ekonomi internet berbasis Artificial Intelligence (AI), Open Banking dan Blockchain. Digitalisasi ekonomi menjadi sangat terbuka dan cepat bagi banyak kalangan. AI sebagai teknologi yang mengkoneksikan berbagai mesin secara otomatis telah mengundang perhatian besar akhir-akhir ini.